Rabu, 27 Agustus 2014

Om Agus Sanjaya: Banyak pemain pemula tidak tahu penilaian lomba burung

Sebagian kicaumania pemula masih bingung melihat jalannya lomba burung berkicau. Sebagian besar malu bertanya. Ada yang bawa gacoan, daftar, lalu gantang burung. Setelah lomba berjalan, dia melihat burungnya mendapat bendera kecil. Dengan bangganya dia nyeletuk, “Wah, burungku dapat bendera”. Tetapi dia bingung, burungnya masuk juara atau tidak. Daripada bingung, yuk ikuti artikel yang ditulis Om Agus Sanjaya, juri lomba asal Solo yang berpengalaman di berbagai daerah termasuk di Kalimantan Timur.

Agus Sanjaya
Om Agus Sanjaya (4 dari kiri) ketika menjadi juri 
di Polder Air Hitam Samarinda.
-
Banyak pertanyaan dari pemula soal lomba burung, yang susah diperolehnya di lapangan, terutama karena malu dianggap pemula. Selain contoh-contoh seperti di atas, ada kejadian di mana peserta sudah pulang terlebih dulu, padahal burungnya masuk 10 besar.
Ada juga peserta yang berani bertanya kepada peserta lain, apakah burung miliknya masuk daftar juara nggak. Yang ditanya pun balik bertanya, “Lha dapat koncer nggak? Kalau dapat koncer ya masuk”.
Meski pemula, kalau sudah menjadi peserta lomba burung berkicau idealnya harus faham mengenai tata penilaian lomba. Nah, bagi yang belum faham, berikut ini beberapa panduan singkat mengenai kriteria penilaian juri dalam lombaburung berkicau.
Setiap mengikuti lomba burung, pastikan bisa hadir sampai selesai, minimal setelah petugas panitia menempelkan rekap nilai. Di situ akan terlihat kelas yang diikuti, jumlah nilainya, dan sebagainya.
Biasanya, ada 6 juri yang bertugas, dengan nilai mentok yang diberikan juri adalah 38. Nilai mentok 38 yang diberikan juri terhadap burung-burung yang layak juara ini meliputi beberapa tahap berikut ini:
  • Juri akan menilai burung-burung yang bekerja di lapangan, kemudian diberi nilai awal 37.
  • Pada putaran kedua, juri mulai mengontrol lagi jika ada burung-burung yang masih stabil bekerja. Burung ini akan mendapatkan nilai 37,5.
  • Pada putaran ketiga, juri akan menilai apakah burung tersebut masih kerja dan memiliki keunggulan irama, lagu, volume, intonasi, dan lain- lain. Burung yang masuk kategori ini akan mendapat nilai 38 atau nilai mentok.
Kalau peserta ingin tahu gaconya masuk atau tidak, cek saja berapa nilai mentoknya, kemudian lihat dengan burung-burung lainnya.
Misalnya mentok 6 ada empat ekor, mentok 5 ada dua ekor, dan burung milik Anda mentok 4. Hal ini berarti burung milik Anda berhak menjadi juara 7.
Nah, untuk bendera koncer itu sendiri ada nilainya, tergantung dari pihak event organizer (EO) yang menyelenggarakannya. Misalnya, koncer A mendapat poin 30, koncer B poin 20, dan koncer C poin 10.
Terkadang ada peserta yang nggak tahu maksud dan berapa nilai yang didapatkannya.Jadi, pemula lomba burung perlu membaca peraturan lomba burung, agar tidak bingung.
Beberapa kriteria penilaian
Juri lomba burung
Juri menilai burung berdasarkan 
beberapa kriteria.
-
Dalam memberikan penilaian, juri-juri akan mengacu pada beberapa kriteria berikut ini:
  • Bernyanyi merdu:irama dan lagu yang dimiliki burung saat berkicau enak didengar di telinga juri.
  • Intonasi: bagaimana burung mampu membawakan alunannya secara naik-turun.
  • Variasi lagu: bagaimana isian / tonjolan burung.
  • Volume: meliputi  tebal dan tipis suara, kencang, sedang, dan kecil.
  • Stabilitas: burung berkicau secara kontinyu, tidak naik turun, tidak ngeruji (tidak menempel pada jeruji sangkar), alias burung nagen di tangkringan.
  • Gaya: bagaimana burung bisa bergaya saat berkicau, seperti meliuk-liuk, menari, buka ekor, geleng-geleng kepala, menoleh ke kiri-kanan secara harmonis, dan sebagainya.
  • Fisik: burung tidak memiliki cacat tubuh, kaki utuh, sayap utuh, mata juga melihat.

Beberapa kriteria penilaian inilah yang sering belum diketahui beberapa pemain pemula, terutama yang baru sekali atau dua kali datang ke lomba burung berkicau.
Namun, perlu juga diingat, detail kriteria penilaian di atas berbeda-beda antara jenis burung yang satu dan jenis burung lainnya. Masing-masing kelas memiliki pakem penilaian yang tidak selalu sama dengan kelas lainnya.
Misalnya kriteria penilaian lomba di kelas cendet jangan disamakan dengan kriteria penilaian di kelas lovebird. Begitu pula penilaian di kelas kenari jangan disamakan dengan penilaian di kelas murai batu.

Agus Sanjaya
Om Agus Sanjaya siap menjelaskan 
penilaian lomba per jenis burung.
-
Terkadang ada pemain yang menganggap semua jenis burung memiliki kriteria penilaian yang sama. Saya pernah melihat kejadian seperti ini dalam beberapa lomba burung berkicau yang berujung pada protes / komplain. Padahal semua ini bermula dari ketidaktahuan pemain tentang kriteria penilaian lomba untuk jenis burung tertentu.
Masih banyak peserta yang melihat burung miliknya saja, tetapi tak melihat kinerja burung lain. Dia merasa burungnya sudah bekerja maksimal, bunyi terus sejak awal hingga akhir.  “Lho, burung saya kerjanya stabil, kontinyu sepanjang lomba. Kok bisa kalah,” kata sang pemain.
Perlu diketahui, juri bukan hanya melihat kinerja seekor burung saja, tapi juga kinerja semua burung yang menjadi peserta pada sesi yang sama. Selain itu, juri tak hanya menilai berdasarkan satu aspek saja misalnya kestabilan burung dalam berkicau, tetapi juga mengacu pada beberapa aspek lain yang telah disebutkan dalam kriteria penilaian di atas.
Penjelasan ini dalam konteks penilaian lomba secara fairplay, karena harus diakui tetap saja ada juri-juri nakal, yang kongkalikong dengan pemilik burung tertentu. Namun, masalah ini jangan digebyah-uyah bahwa semua juri lomba seperti itu. Masih lebih banyak juri yang baik daripada juri yang nakal.
Latpres Independen
Juri lomba akan menilai semua peserta, 
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
-
Jadi, perlu difahami bahwa burung yang bunyi stabil dan kontinyu tidak selalu bisa memperoleh nilai mentok, sebab juri juga harus melihat  aspek lain seperti irama, lagu, intonasi, variasi lagu, gaya, dan sebagainya.
Burung yang bergaya istimewa pun belum tentu menang, karena harus dilihat pula aspek-aspek yang lain. Jadi, penilaian lomba burung itu bersifat holistik (menyeluruh), bukan hanya satu aspek saja.
Semoga penjelasan ini bisa membuat para pemain makin dewasa, mampu memahami aturan lomba secara lebih baik, bukan sekadar mengukur pada kinerja burungnya saja, tetapi juga melihat kinerja burung-burung lain yang menjadi rivalnya.

Sumber :  http://omkicau.com/

5 Dasar Penilaian BnR Patut Diperhatikan Juri dan Kicaumania


Juri sama dengan pemutus sama dengan hakim adalah seorang atau lebih yang bertugas melakukan penilaian terhadap peristiwa kegiatan. Maka keputusan juri dalam menilai suatu pertandingan burung berkicau mutlak hanya milik juri sebagai hakim diarena pertandingan. Begitulah kata-kata pembukan saat Toto Setiarto, S.H atau yang akrab dipanggil Dian Toto di dunia kicaumanai saat diskusi dengan peserta diklat juri BnR angkatan ke-VII di Wisma Gizi, Bogor, Sabtu (22/02).
“Ketika juri BnR bekerja maka kerjakanlah secara profesional jagan korbankan identitas diri anda sebagai juri BnR yang profesional dengan uang Rp100 ribu atau Rp 200 ribu. Juri BnR harus bisa memberikan penilaian dan memberikan jawaban ketika kicaumania bertanya tentang burungnya setelah bertanding diarena. Maka juri BnR dalam memberikan penilaian harus berdasarkan lima unsur penjurian dalam   lomba burung berkicau,”Ujar Dian Toto Dewan Pengawas Juri BnR.
Dian Toto mengatakan lima unsur penjurian dalam lomba burung berkicau dalam sistem penjurian  BnR adalah
  1. IRAMA LAGU : gerakan berturut-turut secara teratur, naik turunnya lagu atau bunyi yang beraturan, dan panjang pendek serta kemerduan bunyi. Maka juri harus dapat menikmati suara yang dibawakan oleh burung tersebut sesuai dengan karakternya.
  2. VOLUME : isi atau besarnya benda dalam ruangan/tingkat kenyaringan atau kekuatan tentang bunyi. Maka juri dapat membandingkan suara satu burung dengan burung lainnya sesuai volume.
  3. FISIK : kondisi badan atau jasmani. Maka juri harus dapat melihat kondisi burung secara keseluruhan badan burung saat bertanding.
  4. GAYA :  gerakan berturut-turut secara terratur, turun naiknya lagu atau bunyi yang beraturan panjang pendek serta kemerduan bunyi. Maka juri harus mampu membandingkan gerakan burung pada saat membawakan lagunya.
  5. DURASI KERJA :  lamanya sesuatu berlangsung/ rentang waktu lamanya ssuatu bunyi diartikulasikan. Maka juri harus dapat menghitung waktu dari awal hingga akhir saat penilaian dilakukan. 

Sumber : http://mediabnr.com

KRITERIA DASAR PENILAIAN LOMBA BURUNG BERKICAU

KRITERIA DASAR PENILAIAN LOMBA BURUNG BERKICAU
Suatu perlombaan atau kontes apapun jenisnya, pasti ada juri yang menilai dan pasti juga ada standart penilaiannya. Begitu pula halnya dengan Kontes Burung Berkicau tau yang lebih kita kenal dengan nama Lomba Burung Berkicau.
Penghobi Burung yang mulai menapakkan kakinya di lapangan lomba ( arena lomba ), di samping harus berkonsentrasi membentuk gacoan nya agar tampil bagus di lomba, sebaiknya juga harus mengetahui apa saja yang menjadi Kriteria Dasar Penilaian Lomba Burung Berkicau. Hal ini menjadi hal yang sangat penting, agar rekan rekan pelomba bisa memfokuskan perawatan burung ( gacoan ) pada point point utama yang menjadi penilaian.
Ada 3 kriteria dasar Penilaian Lomba Burung Berkicau yang sudah sejak lama disepakati bersama. ketiga kriteria dasar penilaian tsb adalah : irama dan lagu, volume dan suara, serta fisik dan gaya.
  1. IRAMA DAN LAGU
Irama dan lagu ini menjadi penilaian utama dalam ajang lomba burung berkicau. Irama lagu adalah suatu bunyi yang memiliki alunan nada dengan tempo keytukan yang teratur dan serasi. Irama lagu meliputi kombinasi naik turun nya nada, kombinasi panjang pendek nya nada, dan permainan speed irama yang menjadi harmoni selaras ( suatu lagu ) dan enak di dengar ( tidak fals ).
Iranma lagu yang baik adalah irama lagu yang lengkap ( bervariasi, keaktifan bunyi atau gacor, ada tonjolan permainan speed ritme lagu, spasi nada, isian isian yang sesuai dengan nada nada yang lain, dan tidak terpotong potong serta tidak diulang ulang ).
Irama lagu juga harus membentuk keserasian bunyi yang harmonis. Di samping itu, burung harus rajin melantunkan irama irama lagu yang memukau sewaktu mengikuti perlombaan. Terlalu lama ngetem dan sering  ngetem ( kurang rajin berkicau ), menjadi salah satu aspek penilaian di poin ini.
  1. VOLUME DAN SUARA
Volume suara di sini bukanlah berarti peak power atau keras nya suara burung, tetapi lebih menitikberatkan pada kualitas suara burung tersebut. Bukan volume suara yang paling keras lah yang paling baik, tetapi harus ada unsur unsur lain nya seperti kemerduan suara. Kualitas volume suara burung yang baik adalah suara yang empuk ( medium ) tidak cempreng, bersih ( kristal ) tidak parau, dan bersuara nyaring ( lantang ).
  1. FISIK DAN GAYA
Ada dua poin yang perlu akan dilihat dalam penilaian ini, yaitu fisik dan gaya.
  1. Untuk penilaian fisik, dapat dilakukan dengan penglihatan secara langsung,  artinya pada saat perlombaan burung harus sehat, tidak ada cacat ( burung dalam kondisi utuh ), warna bulu burung yang baik dan sempurna, dan hal hal lain yang bisa terlihat. Terkadang kalau juri mengetahui ada kecacatan pada burung biarpun burung tersebut masuk nominasi koncer, walaupun sebenarnya juara I, namun karena ada cacat, tetap tidak bisa juara I.
  2. Untuk penilaian gaya, sangat dinamis tergantung masing masing karakter jenis burung. Tapi intinya, penilaian dititikberatkan pada gaya burung saat berkicau di atas tangkringan , sehingga mampu tampil menarik. Burung dapat nagen atau anteng berkicau tanpa loncvat loncat atau pun ngruji.

Lomba burung berkicau  adalah sama seperti perlombaan burung bernyanyi, lomba burung berkicau dapat diartikan juga lomba seni suara burung, tentu nya yang menjadi penilaian paling utama adalha kualitas berkicau nya burung.
Untuk dapat mengoptimalkan 3 kriteria dasar penilaian lomba burung berkicau di atas, memang sudah selayaknya di terapkan LOMBA BURUNG TANPA TERIAK. Agar kual;itas irama lagu burung burung yang dilombakan, benar benar dapat optimal dinilai dengan baik oleh para juri.

TATA CARA PENILAIAN LOMBA
Banyak di antara kita yang sering bertanya2 tentang bagaimana sebenarnya cara juri menilai burung dalam lomba. Pada dasarnya, telah ada standar penilaian dalam lomba burung berkicau, yang digunakan secara sama oleh juri2, baik di asosiasi PBI atau asosiasi lain yang ada banyak di Indonesia. Di sini saya sekadar memberikan garis besarnya saja.
Lembar penilaian yang dipegang juri, pada umumnya terdiri dari lima kolom yang membujur ke bawah. Pada bagian atas sendiri, tertulis nama perhimpunan/asosiasi jurinya. Di bawahnya tertera Jenis Burung….(diisi juri); Nama:….(Nama juri) dan Alamat…(Alamat juri). Di bawahnya lagi terdapat lima kolom yang membujur ke bawah. Kolom pertama berisi nomor urut (nomor gantangan burung). Kolom kedua dan selanjutnya berturut2 adalah kolom IRAMA/LAGUVOLUME/SUARA;FISIK/GAYA dan JUMLAH (jumlah nilai).
Prosentase terbesar penilaian adalah pada IRAMA/LAGU, disusul kemudian oleh VOLUME/SUARAdan FISIK/GAYA.
Dalam IRAMA/LAGU, hal utama yang dinilai adalah variasi suara dan speed. Semakin banyak variasi suara, semakin tinggi nilainya. Semakin cepat irama/lagunya, semakin tinggi nilainya.
Dalam VOLUME/SUARA, semakin keras suaranya, semakin tinggi nilainya.
Dalam FISIK/GAYA, juri melihat bagaimana gerak dan olah tubuh si burung. Masing-masing kolom sudah ada nilai maksimalnya sendiri yang berbeda2. Untuk irama/lagu, nilai maksimal dalam BABAK PENYISIHAN adalah 35; volume/suara 23 dan fisik/gaya 22. Sedangkan pada BABAK FINAL adalah 38, 24 dan 23.
Pada lomba yang tidak melalui babak penyisihan, maka nilai diberikan seperti halnya pada babak final yakni 38, 24 dan 23.
Dalam hal irama/lagu, untuk burung2 tertentu dinilai ngerol tidaknya (misal AK, AM, BT), ngropel tidaknya (CR) dan variasi dari isian ngerolnya tersebut. Dalam hal fisik/gaya, juga ada patokan umum yang dipakai. Untuk AM misalnya, secara umum yang dianggap bagus adalah yang teler, ketika teler ini gerak kepala nyacah (kayak mematuk2 kekiri dan kekanan) dan suara keluar; ekor gerak2 buka-tutup, mbebek dan sebagainya. Untuk MB atau tledekan misalnya, dilihat pergerakan ekornya dan ketenangan saat berkicau. Sedangkan untuk kenari atau BT misalnya, dilihat bukaan sayapnya. Semakin membuka sayap dan juga gerak kiri-kanannya rajin, dianggap bagus (tetapi memang lain dengan patokan yang dipakai oleh Papburi).
Meskipun secara umum banyak hal yang dinilai dalam lomba, TETAPI BIASANYA, penilaian juri DIDASARKAN PADA IRAMA/LAGU. Oleh karena itu dalam banyak event, hanya kolom irama/lagu yang diisi secara berbeda oleh juri. Sedangkan kolom volume/suara dan fisik/gaya, biasanya diisi semua dengan nilai maksimal (kecuali burungnya tidak bunyi/gerak sama sekali; nilainya nol/kosong).
Tiga kali kontrolan Untuk diketahui pula, ketika menilai burung, juri biasanya mutar sebanyak 3 kali. Pertama untuk mengontrol burung bunyi apa tidak (sembari menancapkan bendera2 kecil). Mutar kedua, untuk memberi nilai awal. Dalam memberi nilai ini, untuk babak final ataupun babak yang tidak melalui tahap penyisihan, juri akan memberi nilai umum 37 atau 37,5 untuk semua burung yang bunyi, bagaimanapun bunyinya. Sedangkan untuk burung yang sudah terlihat bagus dalam hal irama/lagunya, maka juri akan memberi nilai maksimal 38.
Penilaian itu dilanjutkan untuk mutar yang ketiga, yaitu untuk mengontrol burung2 yang bernilai 38, yakni untuk dibandingkan, mana yang pantas diberi bendera favorit A, B atau C. Ketika diketahui ada 6 atau 10 atau berapapun burung yg punya nilai sama2 maksimal pada irama/lagu, maka juri membandingkan bagaimana halnya dengan volume/suaranya. Jika kedua variabel itu sama, maka akan dilihat varia bel ketiga, yakni fisik/gaya.
Namun pada umumnya pula, dua variabel terakhir tidak dipakai. Maka ketika ada burung sama-sama punya nilai maksimal 38 pada irama/lagu, maka juri akan melihat lebih jauh lagi ttg speed dan variasi agunya. Burung X misalnya, speednya bagus tetapi variasinya kalah dg Y, atau sebaliknya, maka berdiskusilah para juri. Dalam hal diskusi ini, maka suara JURI SENIOR sangat menentukan hasil akhir penilaian. Biasanya pula, juri senior atau yang diseniorkan ini diambilkan juri yang berpengalaman dan berkredibilitas tinggi.
Apapun keputusan tim juri, mereka harus bisa mempertanggungjawabkan hasil penilaiannya dan bisa memberikan argumen yang tepat ketika ditanya peserta yang protes.
Perlu saya tambahkan, meskipun di sana ada juri yang diseniorkan, tetap saja ada juri2 tertentu yang bersikukuh pada pendapatnya (berdasar argumen yang kuat juga), dan memberikan bendera A-nya untuk burung yang berbeda dengan yang ditunjuk juri senior. Dalam hal inilah mengapa sering terjadi bendera favorit A atau B atau C tidak jatuh pada burung yang sama.
Jumlah bendera Untuk menentukan juara 1, 2 dan 3, maka akan dilihat jumlah bendera A terbanyak. Untuk menetukan juara 2, dilihat jumlah bendera B terbanyak, dan satu burung lainnya akan menjadi nomor 3.
Pada kebanyakan lomba, kejuaraan burung diurutkan sampai nomor 10 (10 besar). Untuk menentukan urutan 4-10, dilihat perolehan jumlah nilai masing-masing pada kolom irama/lagu (penjumlahan dari penilaian semua juri).
Nilai tertinggi mendapat gelar juara 4 dan seterusnya. Pada kasus perolehan nilai sama, misalnya ada enam burung sisanya (dari 10 besar) yang bernilai sama, maka dilakukan tos (undian). Jadi dalam hal tos ini, bisa dikatakan bahwa burung juara 5 s.d. 10 berkualitas sama.

VERSI PAPBURI
Sedikit berbeda dengan penilaian lomba burung lain, lomba burung di Papburi khususnya untuk kelas kenari, memang menekankan penilaian pada suara isian hasil pemasteran. Perbedaan itu tercermin dari sebuah artikel yang dimuat di papburisolo.co.cc (Variasi lagu dalam sistem penjurian Papburi).
Disebutkan, beberapa pendapat mengatakan variasi lagu merupakan tolok ukur kualitas burung masteran. Dibanding beberapa point penilaian lain variasi lagu ini mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi, pertimbangannnya tentu didasarkan pada usaha yang dilakukan pemilik untuk dapat berhasil memaster burung kesayangannya. Masa ke masa mengenai pemasteran memang kadang berubah, namun perubahan hanya pada jenis bahan masteran itu sendiri, sedangkan usaha menjadikan burung berkualitas master tetap dilakukan.
Pemasteran burung (khususnya kenari) sudah menunjukkan gaungnya. Berbagai upaya dan percobaan juga sudah banyak dilakukan, lalu bagaimana sebenarnya yang mendapatkan nilai tinggi dalam lomba? Sebenarnya variasi lagu ini terbagi dari beberapa sudut penilaian, antara lain seperti :
  • Burung dapat melagukan suara persis seperti masterannya misalnya dimaster dengan prenjak, ciblek dsb
  • Burung mampu menirukan suara lain namun tidak persis seperti masternya
  • Burung mampu merangkai suara masterannya dan terkombinasi dengan suara asli
  • Kombinasi suara asli dengan suara master menjadikannya jadi bersuara unik
Contoh di atas mempunyai nilai yang lebih daripada tanpa masteran sama sekali, tentunya ini berkaitan dengan juri dalam menilai.
Penekanan terkait variasi lagu ini dirasa penting karena dalam sistem penjurian Papburi point ini sangat menentukan, hingga dalam suatu penilaian jika terjadi jumlah nilai yang sama maka variasi lagulah yang menentukan
Dalam lomba Papburi memang dicari burung burung hasil pemasteran karena selain menghargai jerih payah pemaster juga memberikan nuansa lain karena banyaknya jenis kenari, dengan ini juga dapat diketahui kemampuan keturunan berkualitas dari berbagai penangkaran. Banyaknya jenis penangkaran inilah akhirnya turut andil menyumbang suara suara baru ataupun alunan lagu asing yang kadang membuat semuanya terkesima.

PENILAIAN LOMBA BURUNG PLECI
Burung pleci yang lagi naik kelas dan masuk dalam lomba burung berkicau ( sayang nya even PBI blom dapat dimasuk kan karena belum terbukti burung pleci ada yang menangkarkan ) , penilaian nya bagi sebagian orang maupun juri sendiri agak membingungkan, dikarenakan burung pleci yang berkicau nya gampang gampang susah ( hanya yg terlatih yg berkicau ). Sebenarnya tidak usah bingung. Penilaian Lomba Burung Pleci adalah SAMA dengan Penilaian Lomba Burung Berkicau lain nya, dengan 3 kriteria dasar penilaian nya.  Yang juara I adalah tetap yang ngeroll nagen buka paruh. Pada kasus yang terjelek, kalau tidak ada burung pleci yang berbunyi, akan di pilih yang ngriwik  ( sebaiknya ngriwik tidak masuk hitungan ).

KRITERIA PENILAIAN BURUNG PLECI PAKEM PCMI UNTUK PLECI YANG LAYAK KONCER      ( Juara 1, Juara 2, Juara 3).

PRIORITAS PERTAMA :

- Burung NgeroLL panjang dengan suara isian plus suara tembakan ( diutamakan )- Gaya nagen ( posisi tenang/tetap pada tangkringan ) Tidak melompat atau over aktif- Paruh terbuka mengeluarkan suara kencang ( tembus )- Durasi lagu/nyanyian dari awal sampai dengan akhir penilaianCatatan : Jika ngeroll standart, asalkan dilagukan dengan speed, panjang.

PRIORITAS KEDUA :

- Penilaian terhadap burung sama seperti pada “Prioritas Pertama” akan tetapi menyajikan lagu dengan banyak jeda ( Ngetem) , Ngalas tanpa NgeroLL, namun burung tenang ( Nagen).

PRIORITAS KETIGA :

-Penilaian terhadap burung Ngriwik dengan volume masih terdengar saat dipantau, hanya dilakukan bila tidak terdapat burung yang ngeroLL, ngalas, volume kencang ( tembus ) buka paruh seperti prioritas pertama dan kedua.

PRIORITAS KEEMPAT :

-Penilaian terhadap burung yang menyajikan lagu dengan banyak jeda ( Ngetem) , nada call, ngalas tanpa NgeroLL, namun burung loncat ( over aktif ).

 SUMBER :   -  OM KICAU
                       -  OM IRVAN SADEWA - SMART MASTERING
                       -  OM MACARIUS SUKOTJO  - KMYK - PCMI 






Kroto, Buat Cililin Tambah Gacor

Ini pengalaman Bolot, seorang perawat burung yang sudah lama malang melintang di dunia perburungan tanah air.
Referensinya ini patut dicoba para kicaumania sekalian. Berawal dari susahnya membuat burung isian seperti cililin miliknya untuk rajin berkicau/gacor. Bolot mulai mencoba berbagai macam cara mulai, dari memberikan berbagai multi vitamin dan mencoba berbagai macam buah, namun burung kesayangannya ini tak kunjung rajin berkicau. Padahal burung yang satu ini sangat penting, terutama buat isian berbagai macam burung jagoan yang dirawatnya.
Cililin (Foto: dok Mediabnr.com)
Bolot juga sempat berkonsultasi dengan sesama kicaumania yang ia kenal, begitu banyak pula tips yang mereka berikan. Mulai dari mandi malam, sampai penjemuran yang mentok pun telah dicobanya. Namun performa yang diharapkan tak kunjung didapatnya.
Tetapi Bolot tak putus asa, setelah semua petunjuk yang dimiliki telah dicoba, akhirnya Bolot mencoba dengan caranya sendiri. Ternyata cukup simpel dan mampu membuat burung cililin miliknya rajin berkicau.
Pertama-tama setiap pagi burung cililin kesayangannya dimandikan terlebih dahulu di bak mandi. Dilihat setelah burung tersebut cukup puas mandi, barulah burung dimasukkan kembali ke dalam sangkarnya. Tak lupa Bolot selalu menjaga kebersihan dari sangkar burung tersebut, agar burung terhindar dari bakteri penyakit, setelah semua beres barulah Bolot mencampurkan kroto murni ke dalam pur tempat makannya, Bolot sengaja mencampur dengan pur, guna menambah gairah makan dari cililin tersebut.
Kroto Harus Segar (Foto: dok mediabnr.com)
Kroto Harus Segar (Foto: dok mediabnr.com)
Tetapi ingat, menurut Bolot, kroto yang diberikan haruslah benar-benar kroto murni tanpa serangga, dan haruslah kroto segar. Karena apabila kroto yang diberikan telah berbau kurang sedap, maka yang ada akan menimbulkan penyakit terhadap burung yang memakannya tadi.
Setelah pemberian kroto tersebut rutin diberikan setiap hari, kini cililin yang dimilikinya lebih gacor dan sering berkicau kembali. Hal ini membuat Bolot tak pusing lagi memancing agar cililinnya terus berbunyi dan dapat menjadi burung master yang baik bagi gaco-gaco andalan yang di rawatnya.

 Sumber :  http://mediabnr.com

Perawatan burung cililin agar lebih rajin bunyi

Banyak kicaumania yang menganggap perawatan burung cililin itu sangat sulit, tapi sekaligus menantang. Burung yang bernama resmi tangkar ongklet (Platylophus galericulatus) ini termasuk dalam keluarga gagak-gagakan (Corvidae), dan umumnya dipelihara sebagai burung master. 
Burung cililin
Burung cililn umumnua dijadikan burung master.
Selama ini banyak keluhan dari pemilik cililin mengenai perawatan burung ini, seperti mudah stress dan tidak atau kurang gacor.
Selain itu, sebagai burung master, terkadang cililin harus dipancing bunyi jika akan digunakan untuk memaster burung kicauan jenis lain. Akibatnya, hal ini bisa mengganggu proses pemasteran.
Berbeda dari keluarga gagak-gagakan lainnya yang memiliki ketahanan tubuh luar biasa, khususnya terhadap cuaca, burung cililin justru memiliki sifat yang sebaliknya. Burung ini cenderung lebih suka di tempat teduh, dan tidak terlalu tahan terhadap kondisi yang terik / panas.
Karena sifat-sifat inilah, cililin kerap dianggap bukan anggota sebenarnya (true member) dari keluarga gagak-gagakan. Sebagian ahli melihat burung ini memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan burung-burung dari keluarga cendet / shrike (Laniidae) atay helmetshrike (Malaconotidae).
Burung cililin yang ada di Indonesia terdiri atas dua jenis, dengan wilayah persebaran berbeda, yaitu:
  1. Cililin cokelat: Habitat di Sumatera, Kalimantan, dan Sumbawa. Karakter suara kicauannya ngerol panjang, dengan suara kristal.
  2. Cililin hitam: Habitat di Jawa. Karakter suara kicauannya adalah ngerol pendek, dengan suara kasar.
Cililin cokelat lebih banyak dimanfaatkan sebagai burung master, dan harganya lebih mahal ketimbang cililin hitam dari Jawa. Meski begitu, secara teknis, perawatan kedua jenis cililin ini sama saja.
Perawatan cililin agar rajin bunyi
Cililin merupakan burung besar yang cukup aktif. Untuk mendukung aktivitasnya, dibutuhkan perawatan yang bisa membuatnya selalu dalam kondisi prima setiap harinya. Caranya adalah memberikan pakan bergizi, serasi dan seimbang.
Burung cililin yang sehat, aktif dan terpenuhi semua nutrisinya akan lebih mudah bunyi dan lebih rajin bunyi, tanpa perlu dipancing-pancing lagi dengan menepuk tangan, membuat keramaian, atau membuat suara-suara bising agar burung mau berbunyi.
Pakan serasi dan seimbang adalah pakan yang memiliki kelengkapan gizi, mulai dari energi metabolisme (EM), protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, serta aneka mineral dan vitamin.
Pakan dengan kandungan protein tinggi sangat diperlukan agar burung cililin rajin bunyi, meski hal ini tetap dalam batasan tertentu (18 – 22 %). Jika kadar protein terlalu berlebihan, burung pasti akan mengalami over birahi, yang membuatnya malah jarang bunyi dan cenderung nakal.
Bentuk ini perawatan harian untuk burung cililin agar tetap sehat dan aktif, sehingga lebih rajin berbunyi:
  1. Menjaga kebersihan sangkar setiap hari dengan cara memandikannya dalam karamba mandi tiap pagi. Selama burung mandi, sangkar harian dibersihkan. Seminggu sekali, sangkar disucihamakan dengan menggunakan desinfektan.
  2. Usai mandi, burung diangin-anginkan, kemudian diberik kroto murni / tanpa semut (1 cepuk makan). Menu ini bida diberikan rutin setiap pagi, selesai mandi.
  3. Penjemuran cukup seperlunya, sekitar pukul 06.30 – 07,30, agar burung mendapatkan provitamin D dari sinar matahari pagi.
  4. Setelah diangin-anginkan, burung diberi jangkrik sebanyak 5-8 ekor setiap harinya. Jangkrik menjadi sumber protein tambahan bagi cililin, selain protein yang yang terkandung dalam pakan kering / voer.
  5. Untuk menjaga kondisinya agar tetap sehat, aktif, dan fit, berikan vitamin tambahan.
Dengan terpenuhinya semua kebutuhan burung, baik pakan, mandi, dan penjemuran, burung cililin akan lebih mudah mencapai kondisi rajin bunyi atau gacor, sehingga tidak perlu dipancing untuk berbunyi.

Sumber :  http://omkicau.com

Rabu, 20 Agustus 2014

Bengkak pada pembuluh darah di kaki burung? Ini cara mengobatinya!

Masalah kesehatan yang umum terjadi pada burung kicauan adalah gangguan pada bagian kaki. Bisa dimaklumi, karena kaki merupakan bagian yang tak terlindungi bulu, dan selalu berinteraksi dengan benda-benda di dalam kandang seperti tangkringan, dasar sangkar, jeruji, hingga wadah pakan dan wadah minum. Jika sedang apes, pembuluh darah pada kaki bisa mengalami pembengkakan, dan terlihat jelas dari luar. Bagaimana cara mengobati bengkak pada pembuluh darah di kaki burung?

Urat kaki burung menonjol
Bagian kaki burung tidak terlindungi 
bulu sehingga rawan gangguan.
Penyakit yang disebabkan pembengkakan pembuluh darah pada kaki burung ini bisa langsung kita lihat, karena adanya urat-urat yang menonjol. Penyakiy ini berbeda jauh dari apa yang disebut scaly leg / kaki berkerak.

Sampai saat ini belum diketahui jelas penyebab pembengkakan pembuluh darah pada kaki burung. Beberapa ahli sejauh ini baru memprediksi beberapa kemungkinan penyebabnya, misalnya kaki burung terbentur benda yang menyebabkan ligamen tertekan sehingga pembuluh darah tersumbat. Kemungkinan lain, burung mendarat ke permukaan benda yang keras, atau bisa juga infeksi akibat perlukaan.
Kaki burung bengkak
Burung yang mengalami pembengkakan 
pembuluh darah pada kakinya.
Jika diperhatikan, gangguan kesehatan ini sangat mirip dengan gejala phlebitis pada manusia. Phlebitis atau superficial phlebitis (thrombophlebitis phlebitis) adalah kondisi di mana pembuluh darah vena mengalami inflamasi / peradangan. Phlebitis biasanya terjadi pada pembuluh darah di bagian kaki.
GEJALA KLINIS YANG TAMPAK PADA BURUNG
Pada umumnya, pembengkakan pembuluh darah di bagian kaki sering menyerang burung kenari maupun burung dari keluarga jalak-jalakan. Namun, burung dari jenis lainnya juga bisa saja mengalaminya.
Burung yang mengalami penyakit ini akan sangat merasakan sakit di bagian kakinya, sehingga ia kerap mengangkat kaki dan cenderung tidak mau menggunakan kakinya untuk beraktivitas. Akibatnya, burung lebih sering berada di dasar sangkar.
Dalam kondisi parah, burung mulai ogah makan. Pada saat itu kakinya terlihat kemerahan, dan pembuluh darah makin jelas terlihat dari luar. Ketika memegang kakinya, kita akan merasakan hangat karena adanya penumpukan darah akibat pembengkakan tersebut. Pembuluh darah pada kaki pun terlihat menonjol.
Kaki burung bengkak
Pembuluh darah pada kaki burung terlihat 
bengkak, merah, dan menonjol.
PENANGANAN DAN PENGOBATAN
Ketika menghadapi situasi tersebut, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memindahkan burung ke kandang / sangkar karantina, kemudian meletakkan handuk lembut pada bagian dasar sangkarnya. Jangan lupa menurunkan posisi tenggeran, agar burung tidak terlalu banyak melakukan aktivitas.
Untuk mengurangi rasa sakit, Anda bisa mengolesi Orajel ke bagian kaki burung yang bengkak. Orajel merupakan obat tumbuh gigi yang biasa diberikan kepada bayi atau balita. Obat berupa jel ini bisa Anda dapatkan di apotek, dan diyakini efektif dalam mengatasi rasa sakit akibat pembuluh darah yang bengkak pada kaki burung.
Itu solusi mengurangi rasa sakit pada burung, sehingga nafsu makan burung bisa diatasi terlebih dulu. Untuk mengobati pembengkakan itu sendiri, Anda bisa menggunakan kombinasi Dimethyl sulfoxide (DMSO) dan krim vitamin A & D yang biasa digunakan untuk pengobatan kulit.

Oleskan campuran obat-obatan tersebut, kemudian dioleskan pada bagian kaki burung yang bengkak. Lakukan hal ini beberapa kali, sampau pembuluh darah yang bengkak akan mengering dan pelan-pelan mengecil.


Sumber :  http://omkicau.com

Selasa, 19 Agustus 2014

Mengatasi murai yang terlanjur ngebatman/ngelowo




Salah satu sifat alami dari burung murai batu yang paling tidak disukai penggemar burung ini terlebih sewaktu di area lomba adalah burung yang ngelowo/ngebatman/ngalong atau burung murai akan mengembangkan sayapnya sambil bersuara kecil, biasanya burung akan turun ke dasar sangkar. Sifat yang muncul pada karakter murai batu tersebut masih belum bisa dipastikan apa yang menjadi penyebabnya akan tetapi disini kita akan mengenali dan mencoba mengatasi apa dan bagaimana mencegah munculnya perilaku "ngelowo" pada burung murai batu tersebut setidaknya bisa menguranginya.
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi salah satu penyebab burung murai batu menjadi "ngelowo" dan faktor faktor tersebut diantaranya :
  • Burung sedang / masih dorong bulu ekor dengan kata lain masih belum beres mabungnya.
  • Burung yang sedang dalam kondisi yang masih belum siap (baru beres mabung) langsung dipaksakan naik birahinya (dibawa lomba) hal yang demikian juga menjadi salah satu penyebab burung murai jadi bersifat "ngelowo/ngebatman"
  • Burung muda yang kalah mental atau usia burung masih belum siap untuk dibawa lomba.
  • Penjemuran yang berlebih juga bisa memicu burung murai batu jadi ngelowo
  • Karakter burung yang memang tidak bagus (mental jelek)
Lalu bagaimana pencegahan dan solusinya jika burung terlanjur memiliki sifat ngelowo tersebut?
  • Cobalah mengurangi pemberian jangkrik. karena jangkrik bisa memicu birahi burung menjadi naik terlebih dalam jumlah banyak.
  • Berikan cacing tanah untuk burung karena cacing dipercaya bisa meredam birahi burung yang berlebihan (OB) setiap pagi dan sore.
  • Mengumbar burung murai batu dalam kandang umbaran dengan jarak tangkringan yang berjauhan agar burung lebih banyak bergerak.
  • Mengurangi porsi penjemuran
  • Memberikan mandi malam
  • Sehari sebelum burung murai akan dibawa latihan atau lomba berikan jangkrik sebanyak 5-7 ekor dan jangan dulu dimandikan. dan tepat 30 menit sebelum dinaikan ke gantangan (nomor urutnya) burung terlebih dahulu disemprot tapi jangan terlalu basah dan langsung dikerodong.
  • Jangan pernah memaksakan untuk melombakan burung yang masih berusia muda
  • Jangan pernah memaksakan untuk melombakan burung yang terlihat mulai jatuh bulu (mau mabung)
  • Jangan pernah memaksakan untuk melombakan burung yang masih dorong ekor(belum beres mabung)
  • Jangan pernah memaksakan untuk melombakan burung yang baru beres mabung.
Jika hal tersebut masih berlanjut, sudah saatnya burung murai batu tersebut di tempel dengan burung murai batu betinanya untuk jangka waktu kurang lebih 1-1,5 bulan agar kepercayaan dirinya kembali muncul dan burung bisa jalan lagi diarena lomba. 


Sumber : http://www.agrobur.com

Mengenali ciri ciri murai batu yang sudah siap lomba



 Om bagaimana ciri ciri muray batu yang sudah siap lomba? itu pertanyaan yang sering diajukan di forum komunitas burung disebuah jejaring sosial, sebelumnya mari kita mengetahui lebih dahulu bagaimana karakter dari burung muray batu ini. Murai batu ( copychus malabaricus) adalah salah satu keluarga dari jenis Turdidae atau sikatan dan jenis ini termasuk salah satu jenis burung yang mampu berkicau dengan merdu, berirama dan penuh variasi dengan suaranya yang khas.
Tidak hanya itu murai batu juga dikenal karena gayanya yang atraktif dan memukau terlebih dengan naluri tempurnya yang selalu berkobar koba.
Murai batu yang sudah siap dilombakan bisa dikenali dengan ciri ciri sebagai berikut:
  • Usia harus sudah mapan, dengan begitu mentalnya pun bisa stabil dan sifat fighternya tinggi, usia yang siap lomba minimal 2 tahun
  • gayanya yang mulai ngeplay dengan kepala keatas penuh kewaspadaan, energik dan sangat sensitif terhadap suara suara yang mengganggu,
  • Murai Batu lebih dominan dengan suara yang berulang (ngeban) dengan intonasi yang kuat, keras sampai terlihat tubuhnya bergetar sewaktu berbunyi.
  • Murai Batu terdengar rajin mengeluarkan suara suara isian dengan intonasi keras saat mendengar suara suara aneh.
  • Murai batu terbiasa dengan suasana keramaian, karena seperti halnya kacer ada juga muray batu yang gacor dirumah tetapi begitu dibawa ke lapangan malah membisu tidak mau bunyi.
  • Bentuk fisik terlihat proporsional, tidak gemuk dan tidak kurus.
  • murai batu sudah terbiasa dibawa trek dengan burung murai lainnya dengan jumlah lebih dari tiga burung, agar burung tidak demam panggung begitu dibawa ke arena lomba dengan peserta yang banyak dan juga tidak terlalu galak.
  • Kotoran yang terlihat kecil dan kering, serta sering disertai adanya muntahan kering bekas makanannya.
Dengan melihat ciri dan kondisi seperti diatas, burung murai batu bisa dikatakan sudah siap untuk dibawa ke lapangan, mengenai aksi dan penampilannya tentu saja tergantung dari rawatan kitanya.






Sumber : http://www.agrobur.com

Senin, 18 Agustus 2014

Macam-macam Jenis Penyakit burung dan Pencegahannya


Inilah jenis penyakit yang kerap menyerang unggas khususnya burung. Meski ada beberapa jenis burung yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat menghadapi serangan penyakit bukan berarti tidak bisa sakit. Namun selama lingkungan tempat tinggalnya bersih dan kebutuhan hidup terpenuhi serta perawatan yang benar, niscaya akan terhindar dari penyakit. Kalaupola perawatan kicau mania sem­barangan seperti tidak memperhatikan; ke­bersihan, menu pakan bergizi atau tidak, serta penempatan sangkar, maka jangan anggap kaget kalau bisa sakit. Belum lagi kalau ada perubahan cuaca yang tiba-tiba.
Berikut ini ada beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang burung dan perlu diketahui kicaumania agar dapat melakukan pencegahan lebih dini
  • STRES BURUNG
Gejala: Bulu berdiri, kepala ditaruh di pun­dak, mata sayup, kotoran tidak normal, badan lemas, tampak resah, terlihat tegang, tidak mau berkicau, badan kurus karena tidak mau makan, mencabuti sendiri bulu-bulunya serta menyendiri atau panik dengan berperilaku menabrak-nabarak sangkar.
Penyebab: Perubahan lingkungan di tem­pat tinggal, perubahan cuaca secara men­dadak, sangkar jatuh serta mendengar suara gaduh atau terkejut.
Pencegahan: Mengkerodong sangkar ketika dalam perjalanan atau bila terjadi peru­bahan cuaca. Bila berpindah lingkungan tem­patkan sang kar di tempat yang sepi dan ja­ngan sampai terusik. Bila terlanjur stres, beri vitamin anti stres pada minumnya dan penam­bahan extra fooding pada menu pakannya.
  • BERAK PUTIH
Gejala: Nafsu makan berkurang, badan lesu, mencret/berak dengan kotoran ber­warna putih cair.
Penyebab: Kebersihan pakan dan minum kurang terjaga, sanitasi tempat tinggal kurang baik, menu pakan yang salah serta peru­bahan cuaca mendadak.
Pencegahan: Menjaga kebersihan dan sanitasi tempat tinggal dan pemberian vita­min secara rutin. Meneliti kondisi pakan dan minum secara teratur. Mewaspadai peru­bahan cuaca secara tiba-tiba dengan me­mindah atau menutupi sangkar dengan kero­dong. Jika terlanjur menyerang bisa diobati dengan obat anti mencret untuk burung yang banyak terjual di pasaran.
  • KAKI BENGKAK ( BUBUL)
Gejala: Penyakit ini mudah dikenali. Kaki burung yang terserang akan terlihat benjol kecil yang semakin lama akan membesar dan mengeras.
Penyebab: Luka akibat patukan atau ter­kena benda tajam yang tidak segera diobati. Kebersihan serta kondisi sangkar dan pangkringan yang kurang terjaga.
Pencegahan: Menjaga kebersihan sang­kar secara rutin serta memperhatikan kondisi sangkar dengan menghaluskan bagian-bagian yang terlihat kasar atau tajam. Apabila terdapat sedikit luka di kaki segera dikompres dengan air hangat secara rutin hingga sembuh. Jika terlihat membengkak, sudet/potong bagian yang bengkak dengan pisau atau silet lalu keluarkan cairan yang terdapatdalam benjolan. Selanjutnya luka bisa diobati dengan obat pembersih luka (Betadine, dll)
  • KUKU/PARUH PANJANG
Gejala: Gerakan burung tidak lincah karena kuku memanjang. Kesulitan mengambil ma­kanan atau minum karena paruh memanjang.
Penyebab: Pada sebagian jenis burung seperti punglor akan mengalami proses ala­miah dengan memanjangnya paruh serta kuku secara berkala.
Pencegahan: Bisa dipotong dengan gun­ting yang tajam. Perhatikan waktu memotong, jangan sampai terkena paruh atau kuku yang ada  pembuluh darah.
  • PILEK
Gejala: Sering menggeleng-gelengkan kepala untuk membuang cairan (ingus) pada saluran pernafasannya. Mulut sering terbuka sebagai usaha untuk bernafas, mata berair serta tampak lesu dan lemah.
Penyebab: Kondisi burung tidak fit karena perubahan suhu secara mendadak. Terlalu lama dimandikan. Kondisi pakan atau minum yang terjangkit virus influenza. Penyakit ini dapat menular melalui udara, makanan atau minuman.
Pencegahan: Menambah menu gizi dan extra fooding pada pakan. Jangan memandikan burung terlalu lama atau secukupnya saja. Mengisolir burung yang terjangkit dari burung lainnya. Apabila terkena pilek, obati dengan obat yang mengandung antibiotic dan rangsang nafsu makan dengan vitamin tambahan.
  • RADANG MATA
Gejala: Mata bengkak dan selalu berair sampai mengering yang berakibat mata tertutup.
Penyebab: Debu, pasir, asap dan ling­kungan yang kurang sehat.
Pencegahan: Hindari sangkar dari ter­paan angin dan asap. Bila terkena bisa diobati dengan salep mata (Auromycin) atau diberi kapsul sakit mata untuk burung (Terafit).
  • RONTOK BULU ( NGURAK )
Gejala: Rontok bulu merupakan proses ala­miah pada hampir semua jenis burung. Jika rontok bulu bukan secara alami burung akan terlihat malas bergerak, tidak mau berkicau, tidak lincah dan nafsu makan menurun hingga lesu.
Penyebab: Stres berat, gangguan kutu, tungau atau gurem yang terasa gatal hingga burung mematuk-matuk sendiri bulunya. Ku-rang vitamin dan protein. Bentuk sangkar yang kurang tepat (terlalu kecil/besar) atau gangguan binatang lain hingga burung men­jadi ketakutan dan menabrak-nabrak sangkar.
Pencegahan: Menciptakan suasana lingkungan yang tenang bagi burung. Menjaga kebersihan sangkar serta menata konstruksi sangkar. Jika burung mulai ngurak karena kutu, hilangkan dengan bedak deodoran yang ditaburkan diseluruh tubuh burung atau menyemprot sangkar dengan pembasmi kuman. Agar bulu cepat tumbuh kembali beri vitamin dan gizi lebih pada menu pakan.
  • ASPERGILOSIS
Gejala: Sesak nafas, suara serak dan badan lemas atau lesu. Bila menyerang mata, mata akan bengkak. Bila menyerang kulit akan terlihat bopeng-bopeng mirip koreng.
Penyebab: Jamur Aspergillus yang ber­kembang biak pada sangkar sehingga sang­kar lembab. Pakan lembab, air minum jarang diganti serta tumpukan kotoran karena sang­kar jarang dibersihkan.
Pencegahan: Menjaga kebersihan sangkar secara rutin. Mengganti pakan dan air minum setiap hari. Memberikan cukup sinar matahari pada burung dan sangkar. Menyemprot sangkar dengan anti kuman secara berkala.
  • BRONCHITIS
Gejala: Paruh sering terbuka sebagai usa­ha untuk bernafas. Kepala menggeleng ke kanan dan kiri untuk menghilangkan cairan (ingus) pada hidung. Nafas tersenggal-sengal disertai batuk burung dan bersin-bersin. Suara kicau parau dan badan lemas. Waktu bernafas terdengar suara seperti mengorok.
Penyebab: Virus yang mudah menular ka­rena cuaca lembab dan sirkulasi udara yang buruk dalam sangkar.
Pencegahan: Tempatkan sangkar di ruangan bersirkulasi udara normal. Punglor memang menyukai udara dingin tetapi bukan berarti lembab. Bersihkan sangkar, tempat makan dan minum serta peralatan sangkar lainnya secara teratur, bila perlu semprot dengan cairan antiseptik sebelum digunakan. Bila terserang bisa diobati dengan obat antibiotik dan pembeian vi­tamin tambahan untuk menambah nafsu makan.
  • CACINGAN
Gejala: Muka pucat, kekurangan darah, ba­dan lemas dan lesu, nafsu makan berkurang, bulu mudah rontok dan kusam, kotoran encer atau sulit buang kotoran serta terdapat cacing pada kotoran. Jika terlihat parah akan meng­akibatkan lumpuh pada burung.
Penyebab: Cacing Ascaris yang hidup pa­rasit dalam usus burung. Kebersihan sangkar dan perlengkapannya yang kurang terjaga.
Pencegahan: Isolir burung yang terkena cacingan dalam sangkar karantina dan beri lampu agar hangat. Kotoran jangan dibiarkan menumpuk dan sering menjemur sangkar di sinar matahari langsung. Memberi obat anti cacing atau suplemen penguat tubuh untuk burung yang terjangkit.
  • COCCIDIOSIS
Gejala: Mata sulit terbuka dan terlihat me­ngantuk. Senng berdiam diri di pojok sangakar atau pangkringan. Berat badan merosot ka­rena hilang nafsu makan. Bulu kusam dan sayap mengantung. Kotoran encer dan berwarna merah karena tercampur darah.
Penyebab: Bakteri Protozoa Coccidaeyang hidup di dinding usus halus hingga mengakibatkan alat pencernaan luka dan me­ngeluarkan darah yang bercampur dengan kotoran saat keluar. Penularan bisa melalui udara, pakan, minum atau kontak langsung.
Pencegahan: Segera mengisolir burung beserta sangkar. Jangan memberikan pakan atau minum terlalu lama hingga basi. Me­nyemprot sangkar baru dengan antiseptik sebelum digunakan. Jika terkena bakteri ini beri obat antiseptik secara rutin hingga sem­buh. Pengobatan bisa melalui penyuntikan atau air minum pada burung.
  • CACAR BURUNG ( DIFTERI)
Gejala: Ada 4 macam gejala klinis pada punglor yang terjangkit cacar burung, yaitu septikimia, sesak nafas, cacar kulit dan mem­bran mukosa. Gejala septikimia burung akan mengalami keracunan darah yang berakibat kematian setelah 2-3 jam terinfeksi. Gejala sesak nafas burung akan meng­geleng-gelengkan kepalanya untuk menge­luarkan lender dari saluran pernafasannya. Nafas akan tersengal-sengal, suara serak serta bersin-bersin.
Gejala cacar kulit merupakan Difteri kronis dengan ciri terdapat bintik-bintik bernanah di sudut paruh dan sekitar mata yang bila pecah akan menge­luarkan cairan bercampur darah. Setelah mengering akan membekas mirip bopeng/ koreng. Mata akan berlendir dan bernanah hingga bengkak dan akhirnya buta.
Gejala membran mukosa berupa luka atau cacar yang terjadi pada mata atau paruh.
Penyebab: Kebersihan sangkar, pakan dan minum yang buruk. Penularannya melalu kontak dengan burung lain seperti tempat mandi atau sangkar yang sama dengan burung yang terkena penyakit.
Pencegahan: Jangan mencampur burung dengan burung yang terjangkit. Menjaga pakan dan minum agar tidak tercemar. Kebersihan lingkungan sekitar sangkar perlu dijaga. Jika terjangkit, bersihkan luka cacar dengan air matang, kemudian obati dengan Iodium + Glisein (1:2). Untuk mata yang lengket bersihkan dengan asam borak (2%), usap dengan kain lembut perlahan-lahan. Beri vitamin tambahan pada pakan untuk memulihkan stamina.
  • KOLERA
Gejala: Nafsu makan tidak ada dan lesu. Sering mencret dengan warna kotoran dari putih menjadi kuning lalu hijau. Tampak cairan menetes dari hidung atau paruh. Kejang-ke­jang, mengorok, lumpuh atau mendadak mati tanpa ada gejala sebelumnya.
Penyebab: Disebabkan oleh bakteri. Pe­nularan bisa melalui burung lain, sangkar kotor atau perubahan cuaca secara tiba-tiba.
Pencegahan: Kebersihan sangkar, tempat makan dan minum perlu diperhatikan. Pem­berian vitamin tambahan, gizi berlebih dan protein tinggi dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Beri obat antibiotic yang banyak dijumpai di pasaran pada burung yang terjangkit
  • MASUK ANGIN
Gejala: Tampak kedinginan, badan menggigil dan tidak mau berkicau. Menurunnya nafsu makan, mata selalu tertutup serta tidak bergairah.
Penyebab: Suhu yang berubah men­dadak. Udara dingin karena hujan terus-mene­rus serta angin yang berhembus terlalu kencang.
Pencegahan: Beri kerodong dan pene­rangan pada sang kar bila terjadi perubahan cuaca. Memperhatikan gizi dan vitamin ma­kanan. Bila terjangkit beri obat antistres atau obat antibiotik lainnya.
  • KEJANG
Gejala: Burung akan berada di lantai dasar sangkar ketika terjadi kejang-kejang karena tidak dapat bertengger. Kondisi tubuh lemas dan otot-otot kaku. Bila sanggup bertengger posisinya akan mengggantung dengan ke­pala dibawah karena badan tidak bisa tegak serta badan sempoyongan.
Penyebab: Rusaknya sel-sel syaraf pada otak karena kekurangan vitamin B dan E.
Pencegahan: Beri vitamin atau suplemen tambahan pada menu pakan dan minum. Untuk pengobatan bisa diberi obat antibiotik pada air minumnya. Jika tidak sanggup meminum sendiri bantu dengan menggunakan pipet. Perhatikan menu pakan setiap hari dengan menu seimbang.
  • TETELO
Gejala: Leher miring atau berputar, kepala sering berputar-putar, keseimbangan tubuh hilang hingga sempoyongan, batuk, bernafas dengan suara mengorok, sesak nafas, dari lubang mulut keluar cairan kental (ngiler), lesu, badan gemetar, nafsu makan tidak ada, bulu berdiri, pucat, kotoran cair berwarna putih kehijauan serta sayap dan kaki lumpuh. Keadaan parah akan berakibat burung mati.
Penyebab: Virus New Castle Disease yang menyerang alat pernafasan, jaringan syaraf dan pencernaan.
Pencegahan: Menjaga kebersihan sangkar secara rutin. Melakukan vaksinasi NCD melalui tetes mata. Menghindari burung yang terjangkit serta memberi pakan bergizi dan vitamin tam­bahan untuk menambah daya tahan burung.

Sumber : http://mediabnr.com

Minggu, 17 Agustus 2014

Manfaat hujan-hujanan pada burung kicauan



Tidak selamanya hujan yang mengguyur bumi harus dihindari oleh penggemar burung dengan burung peliharaannya. Ketika turun hujan, burung akan tampak rajin berkicau menyambutnya termasuk juga burung bakalan. Hujan memang bisa menjadi terapi penghilang stress yang baik bagi burung kicauan. Tapi tahukah anda, bahwa ada manfaat lain dari air hujan yang turun dari langit untuk burung peliharaan


Ada banyak manfaat yang bisa di dapat ketika burung terkena air hujan atau dihujan-hujankan, di antaranya adalah :
  • Metabolisme burung bisa meningkat sehingga membuatnya cepat rajin berbunyi.
    Burung bisa terlatih untuk mandi di karamba mandinya.
  • Menghilangkan stress pada burung. 
  • Meningkatkan birahi terutama pada burung yang akan ditangkarkan. 
Namun untuk memandikan burung di tengah guyuran air hujan tentu tidak sembarangan, ada persyaratan khusus yang bisa membuat burung merasa nyaman berada di tengah hujan, yaitu:
  • Hujan yang turun tidak terlalu lebat.
  • Mandi hujankan burung jika hujan turun pada pagi hingga siang hari, karena hujan pada waktu-waktu tersebut mengandung banyak manfaat, dibanding hujan yang turun dari siang hingga sore hari yang telah mengandung asam yang bisa membuat burung cepat sakit. 
  • Jangan terlalu lama ketika menghujan-hujankan burung, cukup seperlunya saja atau sekitar 10 - 20 menit.  

Berikut beberapa tips ketika kita hendak memandikan burung di tengah guyuran hujan.
  • Untuk menghindari sangkar harian burung rusak terkena air hujan, sebelum burung dihujan-hujankan ada baiknya burung dipindakan ke dalam sangkar lain. 
  • Ketika memandikan burung di tengah air hujan, akan lebih baik jika menggunakan sangkar yang bagian dasarnya bisa diangkat, sehingga burung bisa mandi hujan di atas permukaan tanah atau rumput. Namun perlu diperhatikan keamanannya, terutama jika sangkar yang digunakan memiliki celah yang besar di bagian dasarnya yang bisa membuat burung "nyelonong" keluar sangkar. 
  • Atau anda bisa memasukkan burung ke dalam karamba mandinya, lalu burung dibiarkan bersenang-senang di tengah guyuran hujan.
  • Untuk mempercepat perjodohan burung , bisa dilakukan dengan memasukkan sepasang burung yang akan dijodohkan ke dalam karamba mandinya, lalu dihujan-hujankan terutama untuk burung jenis anis merah, anis kembang, dan kacer.
  • Sebagai terapi penjinakkan untuk burung bakalan yang masih liar, atau giras. Setelah burung dihujan-hujankan anda bisa memberikan burung ulat hongkong ketika burung sedang diangin-anginkan. 
Beberapa jenis burung yang cukup menyukai hujan-hujanan adalah: semua jenis burung poksay, branjangan atau lark, pleci, kacer, trucukan, kutilang, beo dan jalak-jalakan

Sumber :  http://www.agrobur.com

Kamis, 07 Agustus 2014

Cuaca panas, batasi penjemuran burung atau ubah manajemen kandang penangkaran


Air mancur di dekat kandang penangkaran burung
Air mancur bagus disediakan di dekat kandang penangkaran burung atau di dekat burung kita gantang
Akhir-akhir ini banyak burung mabung sebelum waktunya, macet bunyi, telur di penangkaran gagal menetas, atau burung buang telor, enggan kawin, dan beberapa problem lainnya muncul bersamaan dengan peningkatan suhu udara yang relatif tinggi. Apa tindakan kita? Ubahlah manajemen perawatan burung. Ada hal tertentu yang bisa diubah secara ektrem tetapi ada yang perlu diubah secara bertahap.
Menyimak laporan Agrobis Burung edisi Minggu II Oktober 2011, beberapa penangkar burung menyiasati kondisi alam itu dengan berbagai cara. Sebelum saya sampaikan mengenai cara apa saja yang mereka lakukan, maka untuk Anda yang tidak menangkarkan burung, tetap perlu melakukan penyesuaian perawatan untuk kondisi udara panas saat ini.
Batasi penjemuran burung di musim panas
Batasi penjemuran burung di musim panas
Penghobi burung rumahan, perlu membatasi lagi penjemuran agar burung tidak terlalu kepanasan yang sering membuat burung menganga dan sangat rentan terkena infeksi saluran pernafasan atas. Jika burung berada di luar rumah dalam waktu lama, pastikan berada di bawah kerindangan pohon atau atap yang tidak meneruskan panas. Jangan digantang di bawah atap seng misalnya.
Anda juga perlu mengurangi pakan yang menjadikan suhu tubuh burung meningkat, misalnya pakan yang banyak mengandung lemak. Untuk bijian misalnya, kurangi canary seed atau niger seed, serta perbanyak sayuran. Pastikan juga air selalu tersedia penuh di wadahnya dan untuk pemakan buah, akan lebih baik jika disediakan buah-buahan yang banyak mengandung air.
Kandang penangkaran dengan lantai tanah lebih membikin burung nyaman
Kandang penangkaran dengan lantai tanah lebih membikin burung nyaman
Sementara untuk para penangkar, perhatikan kondisi ruangan atau kandang penangkaran. Beberapa hal bisa Anda lakukan agar burung tidak terlalu kepanasan adalah memasang blower ataupun memasang kipas angin. Hanya saja, untuk pemasangan kipas angin sebaiknya tidak langsung menuju ke arah posisi burung biasa bertengger. Kipas angin hanya digunakan untuk membantu kelancaran sirkulasi udara.
Hal lain yang bisa Anda lakukan adalah memberi atau menambah pepohonan di dalam kandang penangkaran. Jika memungkinkan buat air mancur di sekitar kandang atau di dalam kandang, buat kolam air atau minimal sediakan wadah air yang besar, dan selalu penuh isinya. Serta tidak lupa menyemprot lantai dengan air ketika siang hari udara sangat menyengat. Untuk hal ini, Anda bisa membuat “hujan buatan” di dalam kandang, misalnya dengan adanya blower air yang bisa menyemprot dinding kandang.
Desain kandang
Berkaitan dengan hal itu, ada baiknya ketika Anda memulai penangkaran, memperhatikan desain kandang untuk penangkaran di negara tropis seperti Indonesia ini. Lantai kandang misalnya, buat dari tanah dan bukan lantai semen. Untuk sirkulasi udara, buat lubang angin yang relatif besar, tetapi bisa ditutup dengan mudah di malam hari ketika suhu dingin atau angin menerpa kencang.
Pohon pisang bagus ditanam di kandang penangkaran burung
Pohon pisang bagus ditanam di kandang penangkaran burung
Keberhasilan hobi burung dan juga penangkaran burung tidak hanya ditentukan oleh asupan pakan yang bergisi, tetapi juga kondisi lingkungan yang kondusif, baik lingkungan psikis maupun fisik.
Hujan buatan bisa disempotkan ke tembok atau dinding kandang penangkaran burung
Hujan buatan bisa disempotkan ke tembok atau dinding kandang penangkaran burungSaluran air untuk penyemprotan penting dipikirkan ketika membuat kandang penangkaran burung

Sumber : http://omkicau.com

Tips penjemuran burung kicauan


Sinar matahari merupakan variabel penting dan bahkan utama dalam kehidupan burung, termasuk burung kicauan yang dipelihara para penghobi burung. Keperluan sinar matahari yang utama adalah untuk:
1. Pengubahan pro vitamin D menjadi vitamin D di dalam tubuh burung.
2. Membunuh jamur dan mikroba di sangkar dan di tubuh burung.
3. Menghangatkan tubuh burung.
Di luar ketiga hal itu, masih banyak kegunaan sinar matahari tetapi yang utama adalah ketiga hal tersebut di atas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penjemuran:
1. Jemur dari waktu sepagi mungkin, bahkan kalau bisa sebelum waktu fajar sehingga sekaligus untuk pengembunan. Pengembunan bagus dilakukan untuk burung agar mereka bisa mendapatkan kesegaran udara pagi hari, yang diasumsikan kondisi udaranya masih bersih tidak terkena polusi debu siang hari.
2. Jangan lakukan penjemuran melewati pukul 09.00 karena selepas waktu itu sinar ultarviolet bisa membuat bulu burung rusak. Selepas waktu itu, bisa dilakukan untuk penanganan atau treatment khusus burung untuk tujuan tertentu misalnya lomba, membuat tambah gacor, lebih ramping dan sebagainya.
3. Jangan menjemur dengan sangkar dikerodong, khususnya untuk daerah panas. Penjemuran dengan sangkar burung dikerodong, bisa menyebabkan burung mendapat panas yang berlebihan. Burung bisa kekurangan oksigen dan bisa mati kepanasan. Untuk daerah dingin, hal ini bisa jadi tidak menimbulkan masalah serius.
Untuk penghobi yang bekerja pagi-malam
Untuk penghobi yang harus berangkat kerja pagi hari dan pulang sore hari, bisa menempatkan burung di tempat tertentu di mana burung mendapatkan sinar matahari dan pada sekitar pukul 09.00 sinar matahri sudah tertutup atap/dedauaan. Kalau kondisi tidak memungkinkan, maka lakukan penjemuran pada pagi hari minimal sepekan sekali (waktu libur dan sebagainya).
Sebelum atau sesudah dimandikan?
Kalau Anda mengeluarkan burung sejak subuh, maka burung bisa dimandikan dalam karamba pada pagi hari antara pukul 06.00 – 07.00 dan bisa langsung dijemur karena sinar matahri belum panas sehingga tidak membuat bulu mengkerut/keriting.
Kalau Anda memandikan selepas pukul 08.00, maka sebelum dijemur perlu diangin-anginkan dulu sehingga kondisi bulu sudah teratur rapi (dirapikan si burung sendiri).
Kalau Anda langsung menjemur setelah burung dimandikan dalam kondisi sinar matahari yang sudah panas, maka sebelum bulu sempat dirapikan burung, maka bulu sudah telanjur kering. Hal ini menyebabkan bulu menjadi keriting, tidak tertata rapi.
Soal menjemur apakah sebelum atau sesudah dimandikan, jika hal itu dilakukan semua pada pagi hari, maka tidak ada perbendaannya. Tetapi kalau dengan sangat terpaksa Anda hanya bisa memandikan burung setelah burung dijemur (belum sempat memandikan pada pagi hari misalnya), maka sebelum memasukkan ke karamba atau disemprot, pastikan burung sudah diangin-anginkan dulu sehingga suhu tubuhnya sudah turun.
Bagaimana jika kesempatan untuk memandikannya hanya pada sore hari? Nggak masalah, enjoy saja. Mandikan burung, diangin-anginkan dan dijemur dengan panas matahari sore (sebaiknya selewat kam 16.00 sehingga sinar matahari sudah tidak terlalu panas.
Benarkah penjemuran bisa mengurangi kegemukan?
Bisa dikatakan iya, tetapi hubungannya tidak langsung. Dengan burung dijemur, maka dia merasa panas dan kehausan. Dalam kondisi seperti ini burung akan lebih banyak minum ketimbang makan, dan karenanya konsumsi karbohidrat berkurang sehingga tidak banyak terjadi penumpukan lemak. Atau, burung bisa mendapatkan tenaga dari pembakaran lemak tubuhnya sehingga burung bisa menjadi lebih langsing.
Apakah penjemuran bisa membakar lemak? Nah hal ini hanyalah mitos. Tidak ada cerita bahwa sinar matahari bisa menyebabkan terjadinya pembakaran lemak di dalam tubuh. Cairan yang keluar dari tubuh burung yang dijemur bukanlah hasil pembakaran lemak tetapi cairan air. Itulah mengapa burung yang banyak jemur bisa terlihat singset karena dia tidak banyak mengonsumsi karbohidrat tetapi air.
Perlu ditekankan lagi bahwa burung akan mengeluarkan banyak energi yang bisa memacu pembakaran lemak (dengan asumsi ada pembatasan pakan) sehingga burung langsing adalah ketika dia banyak dimandikan. Dengan banyak dimandikan, maka burung akan banyak melakukan gerakan-gerakan menata bulu (didis-bahasa Jawa). Pada saat yang sama, untuk menghangatkan badan, burung memerlukan energi. Jika dari sisi pakan ada pengurangan karbohidrat, maka mau tidak mau burung akan melepas lemak di tubuhnya dan dibakar sehingga berubah menjadi energi. Maka menjadi langsinglah dia.
Jenis burung dan keperluan jemur
Masing-masing jenis burung memerlukan treatment yang berbeda dalam penjemuran. Hal itu disesuaikan dengan kebiasaan burung sejenisnya di alam.
1. Untuk burung-burung jenis anis, seperti anis merah atau punglor merah, anis kembang, anis macan; kacer poci atau sekoci dan kacer hitam, sulingan atau tledekan, jenis-jenis cucak, murai batu dan sebagainya, maka keperluan mereka untuk penjemuran relatif sedikit dibandingkan jenis burung pemakan biji-bijian.  Sebab burung jenis-jenis itu di alam sana hidup di antara pepohonan yang rindang dan tidak terbiasa berjemur berlama-lama.
2. Untuk burung-burung jenis pemakan biji seperti kenari, gelatik, branjangan, perkutut, derkuku, lovebird dan beberapa  burung paruh bengkok lain, bisa dilakukan penjemuran relatif  lebih lama ketimbang burung-burung jenis anis ataupun cucak. Bahkan dalam berbagai kasus, beberapa burung yang macet bunyi bisa diterapi dengan  penambahan waktu jemur diimbangi dengan banyak mandinya. Misalnya lovebird atau kenari, memerlukan panas yang relatif banyak.
Burung-burung pemakan biji umumnya hidup di padang rumput, ladang jagung, gandum, milet dan sebagainya yang merupakan daerah terbuka dan banyak kena sinar matahari.
3. Ada beberapa pengecualian dalam hal ini, misalnya untuk burung jalak suren, kakatua, pentet atau cendet dan beberapa burung lainnya. Burung jalak suren misalnya, meski dia bukanlah pemakan  biji tetapi pada habitat aselinya dulu dia selalu berada di persawahan atau rawa-rawa yang relatif mendapat banyak sinar matahari. Meski demikian, burung jalak suren tidak memerlukan penjemuran yang lama jika dipelihara di rumahan.
Sedangkan burung kakatua dan bebera jenis nuri, meskipun mereka pemakan biji-bijian tetapi mereka lebih banyak berasal dari habitat hutan dengan memakan biji-bijian dari pepohonan yang besar dan rindang.
Sedangkan untuk burung pentet atau cendet, dia adalah burung pemakan serangga dan bahkan juga makan burung lain yang lebih kecil (predator), terutama anakan di sarang. Di Bali sana misalnya, burung pentet atau cendet adalah musuh utama para pemilik penangkaran alam anis merah, selain ular dan biawak serta beberapa jenis hewan pemangsa anakan anis merah lainnya. Cendet atau pentet terbiasa bertengger di pucuk pohon yang tinggi atau bebatuan dan sebagainya ketika mengincar mangsanya. Dengan demikian pentet bisa tahan berjam-jam di bawah sinar matahari.
Ada beberapa pengecualian untuk beberapa jenis burung lain yang tidak saya sebutkan di sini. Tetapi, sementara ini dulu ya artikel tentang penjemuran untuk burung kicauan.

Sumber : http://omkicau.com