Minggu, 03 Agustus 2014

Inilah lima tahapan dalam merawat burung bakalan

Sebagian besar kicaumania di Indonesia lebih menyukai merawat burung sejak masih bakalan. Selain harganya lebih murah, ada tantangan tersendiri dalam perawatannya, dan membuahkan kepuasan jika burung nantinya gacor. Tidak seperti burung yang sudah jadi, perawatan burung bakalan memerlukan ketekutan dan kesabaran. Anda harus melalui lima tahapan dalam merawat burung bakalan sebelum akhirnya menjadi rajin berbunyi.

Burung bakalan
Burung bakalan banyak dicari karena 
harganya yang lebih murah.
-
Burung bakalan yang banyak dijumpai di pasar burung umumnya hasil tangkapan hutan. Karena itu, mohon lebih bijak dalam membelinya.
Untuk burung-burung yang sudah lazim ditangkar, seperti murai batu, kacer, anis merah, dan anis kembang, lebih dianjurkan membeli dari tempat penangkaran. Hanya dengan cara inilah kita bisa terlibat aktif dalam kelestarian burung-burung di alam liar.

Secara umum, ada lima tahapan yang harus kita lalui dalam merawat burung bakalan hasil tangkapan hutan sebelum akhirnya burung benar-benar mau berbunyi dengan rajin. Kelima tahapan itu adalah:
  1. Tahap adaptasi
  2. Tahap penjinakan
  3. Tahap pengenalan voer
  4. Tahap pelatihan / pemasteran.
  5. Tahap penggacoran.
TAHAP ADAPTASI
Burung bakalan yang baru dibeli umumnya memiliki sifat penakut dan masih giras. Burung tidak akan mau bertengger dengan tenang ketika melihat manusia menghampirinya.
Biasanya, begitu mendapatkan burung bakalan, kita akan menggantang sangkarnya di tempat ramai, baik ramai oleh aktivitas manusia maupun adanya berbagai jenis burung kicauan.
Sebenarnya cara ini tidak dianjurkan untuk burung bakalan yang baru dibeli. Sebab hal ini justru akan membuat burung tidak mau berbunyi.
burung adaptasi
Burung dibiarkan beradaptasi 
dalam ruangan atau lokasi tenang.
-
Hal lain yang juga tidak dianjurkan adalah langsung memandikan atau menyemprot burung yang baru dibeli, karena berpotensi membuat burung makin stres.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah segera memasukkan burung ke sangkar baru atau sangkar bekas pakai yang sebelumnya telah dicuci bersih. Setelah itu dikarantina selama beberapa hari, untuk tujuan adaptasi dan menghindari penyebaran penyakit yang mungkin terbawa oleh burung bakalan tersebut.
Simpan burung di tempat tenang, tanpa gangguan dari burung lain atau lalu-lalang manusia. Berikan pakan alaminya (full EF) seperti kroto, jangkrik, ulat hongkong, dan sebagainya.
Jika tak ada ruangan / tempat lain untuk menggantang burung, Anda bisa memberikan full kerodong pada sangkar burung bakalan tersebut, lalu menggantangnya di tempat yang berjauhan dari sangkar burung lainnya, misalnya digantung di pojokan.
Selama proses adaptasi, biarkan burung menenangkan diri. Jangan terburu-buru mendengar suaranya apalagi langsung memancingnya bunyi dengan menempelkan burung sejenis atau menggunakan cermin. Setelah burung mulai tenang, barulah kita beralih ke tahap selanjutnya.
TAHAPAN PENJINAKAN
Pada tahap ini, burung bakalan dilatih agar terbiasa menghadapi aktivitas manusia dan burung lainnya (jika ada) di sekitar rumah kita.
Bagaimana cara menjinakkan burung bakalan tidak akan dibahas lagi di sini, karena Om Kicau sudah beberapa kali menulis panduan penjinakan burung bakalan (silakan cek di sini).
TAHAP PENGENALAN VOER
Pada tahap ini, kita akan mengenalkan pakan kering (voer) kepada burung bakalan. Ada beberapa cara melatih burung bakalan agar mau makan voer, beberapa di antaranya pernah diulas Om Kicau, misalnya kombinasi UH + voer merah untuk burung bakalan.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah mencampur kroto dan voer halus. Burung menganggap pakan yang disediakan adalah kroto, karena voer halus cenderung tersamar.
TAHAP PEMASTERAN
Setelah burung bakalan dalam kondisi jinak, mau makan voer total, dan sudah mau beradaptasi yang ditunjukkan dengan mulai berkicauan, tahap selanjutnya adalah melakukan pemasteran. Burung yang memiliki banyak simpanan lagu tentu akan berusaha untuk rajin berbunyi dalam rangka menunjukkan kemampuannya.
memaster burung bakalan
Melatih burung bakalan agar rajin bunyi 
dimulai dengan proses pemasteran.
-
Pemasteran pada burung bakalan bisa dilakukan dengan memanfaatkan burung masteran atau memutarkan suara rekaman dari burung lainnya. Cara pemasterannya pun bisa dilakukan dalam ruangan atau di luar ruangan dengan memperhatikan beberapa kondisi, antara lain:
  • Lokasi pemasteran tidak terganggu oleh suara-suara lain yang bisa menghambat proses pemasteran.
  • Suara yang diputarkan sesuai dengan karakter suara dari burung yang sedang dilatih.
  • Suara yang diputarkan terdengar jernih, dan tidak diputarkan dengan volume yang sangat kencang.
Pemasteran bukanlah pekerjaan instan. Kita harus rutin memutarkan beberapa suara masteran setiap hari, agar salah satu atau beberapa suara yang diajarkan bisa masuk dan terekam dalam memori burung. Biasanya dalam waktu 1-2 minggu burung mampu meniru suara yang rutin didengarnya.
TAHAP PENGGACORAN
Tahap penggacoran merupakan salah satu bentuk perawatan harian yang bisa menjadikan burung sehat dan rajin berbunyi. Burung bakalan menjadi rajin berkicau jika kebutuhan gizinya terpenuhi, kondisinya selalu fit dan sehat.
Melalui pemberian pakan yang kaya protein, burung mudah mencapai kondisi birahi yang optimal dan memungkinkannya rajin berbunyi. Jika protein berlebihan, burung cenderung mengalami over birahi. Jika kekurangan protein, burung susah gacor.
Di sinilah seninya memainkan pengaturan pakan, terutama pengaturan extra fooding (EF) yang kaya protein seperti kroto, jangkrik, dan ulat hongkong. Dari sinilah muncul istilah setelan, setting, dan sejenisnya.
Perlu diperhatikan, beberapa jenis burung kicauan tidak begitu saja mengeluarkan suara kicauannya dengan lantang. Ada beberapa tahapan yang harus dilaluinya, dimulai dari ngeriwik halus, ngeriwik kasar, ngeplong (suara lantang), dan gacor (lantang dan rajin bunyi).
Jadi jangan risau jika burung masih bersuara ngeriwik. Jika umur bertambah, disertai perawatan rutin, suatu hari nanti burung akan mengeluarkan suara kicauannya yang lantang.
Jika burung sudah cukup lama dipelihara, namun masih saja ngeriwik, kemungkinan terjadi gangguan hormonal yang mempengaruhi level kicauannya.
Namun, penyebab burung belum mampu ngeplong meski sudah cukup umur memang bervariasi. Jadi bukan sekadar gangguan hormonal, tetapi bisa juga akibat faktor lain
Itulah lima tahapan yang sangat mempengaruhi kondisi burung bakalan agar bisa rajin bunyi.

Sumber :  http://omkicau.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar