1. Jangan risih jika tak menjemur murai
Banyak penggemar murai batu yang menganggap bahwa penjemuran burung selama berjam-jam itu bersifat kudu
alias wajib. Anggapan ini sebenarnya kurang tepat. Di alam liar, tidak
pernah ada murai batu yang berpanas ria hingga lebih dari 1 jam, paling
banter hanya 10-15 menit.
Kalau selama ini kita terbiasa menjemur burung 1 – 2 jam setiap hari,
itu sebenarnya dalam konteks perawatan burung lomba. Untuk apa? Karena
pada masa lalu, sebagian besar lomba burung berkicau belum menggunakan paddock lomba yang memiliki atap seperti saat ini.
Akibatnya, burung lomba yang tidak dibiasakan dijemur cenderung
megap-megap saat bertarung di lapangan terbuka. Bahkan beberapa lapangan
yang sudah beratap pun saat ini menggunakan bahan tembus pandang,
sehingga sengatan matahari akan menerpa sangkar burung-burung yang
berlaga.
Masalah penjemuran burung yang khas Indonesia ini pernah menjadi
bahasan pada beberapa forum burung di negeri jiran, seperti Malaysia dan
Singapura. Analisis mereka, termasuk dari Om David de Souza, umumnya ya
seperti yang ditulis Om Kicau di atas.
Di Malaysia dan Singapura, sebagian lomba burung diadakan di teras
bangunan, dan sebagian lagi di dalam gedung. Itu sebabnya, mereka
umumnya hanya menjemur burung selama 10-15 menit setiap harinya, sekadar
memperoleh provitamin D dari sinar matahari pagi, sebagai komponen
utama bagi sistem pencernaan burung untuk mengolah kalsium.
Meski demikian, kebiasaan menjemur burung yang sudah ada di Indonesia
tak perlu diubah. Namun, ketika musim hujan tiba, dan kondisi cuaca
sedang tidak menentu, burung jangan dipaksakan untuk berjemur.
Istilah Om Syamsul Saputro, jangan risih jika Anda tak menjemur murai
batu, meski selama beberapa hari, jika kondisi cuaca memang tidak
mendukung. “Lebih baik burung tidak dijemur daripada risiko yang
diterima sangat tinggi, seperti radang pada saluran pernafasan,” kata Om
Syamsul.
2. Jika mau menjemur, pantau embusan angin
Kalau cuaca tidak mendung dan Anda ingin menjemur murai, sebaiknya
pantau atau perhatikan dulu embusan angin. Apabila embusan angin terlalu
kencang, lebih baik burung cukup diangin-anginkan di dalam rumah saja.
Caranya, burung digantang di dalam rumah (bukan di teras rumah). Jika
waktu masih pagi, kerodong boleh dibuka full hingga siang hari.
Selebihnya, jika angin terlalu kencang, sejak siang hingga malam
burung sebaiknya dikerodong saja. Kerodong boleh dibuka sebentar pada
sore hari, ketika memberi jangkrik, menambah voer, maupun menambah air
minum.
Bisa juga disiasati dengan menggantung burung di dalam rumah, tetapi bagian atapnya tembus pandang
3. Selalu awas dengan “permainan” matahari
He.. he.. sebenarnya matahari tidak pernah bermain-main. Dia
akan tetap bersinar dengan intensitas yang sama. Hanya saja, sinar
matahari yang sampai ke rumah kita memiliki intensitas berbeda-beda,
tergantung faktor alam seperti jumlah awan, ketebalan awan, hujan atau
tidak, dan sebagainya.
Jangan terkecoh dengan sinar matahari yang datang tiba-tiba pada pagi
hari, setelah sebelumnya tertutup awan mendung tebal. Begitu melihat
sinar matahari mulai terasa hangat, biasanya kita atau perawat burung
langsung sumringah dan ingin segera menjemur burungnya.
Karena itu, sebaiknya tunggu beberapa saat sambil selalu
memperhatikan kondisi cuaca. Kalau sinar matahari tidak lagi terhalang
awan mendung, dan angin sudah tidak terlalu kencang, bolehlah mulai
melakukan penjemuran. Pastikan selalu ada orang yang siaga, jika
sewaktu-waktu muncul embusan angin kencang atau bahkan cuaca tiba-tiba
mendung dan turun hujan.
4. Jangan memaksakan murai harus mandi
Mandi merupakan salah satu aktivitas yang menyegarkan bagi burung
kicauan. Tetapi selama musim hujan, sebagian burung tidak mau mandi.
Misalnya, ketika dimasukkan karamba, dia tak mau segera nyemplung.
Sebenarnya ini merupakan isyarat bahwa burung sedang tidak ingin
mandi. Sebab yang bisa merasa fit dan tidaknya kondisi burung adalah
burung itu sendiri, bukan pemiliknya.
Karena itu, jika melihat burung tak mau mandi pada musim hujan,
sebaiknya jangan dipaksa agar dia mau mandi. Misalnya dengan
menyemprotnya menggunakan air dari sprayer, untuk memancingnya agar mau nyemplung di karamba.
Burung sebenarnya memiliki naluri kapan waktunya mandi, atau kapan
dia memerlukan mandi. Jadi, jangan disamakan dengan manusia yang setiap
hari harus mandi agar badannya tidak bau, he.. he…
5. Menjaga kebersihan sangkar dan aksesorisnya
Untuk air minum, Om Syamsul menyarankan penggantian dapat dilakukan
minimal dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. “Kalau voer boleh diganti
tiga hari sekali,” ujarnya.
Yang tidak kalah penting, kerodong sebaiknya digunakan paling lama
hanya seminggu. Setelah itu mesti dicuci hingga bersih dan steril.
Sambil menunggu kering, Anda bisa memakai kerodong yang lain.
Seminggu sekali, sangkar perlu disucihamakan dengan menggunakan desinfektan khusus burung, misalnya FreshAves. Larutkan 5 gram serbuk FreshAves
ke dalam 1 liter air bersih, lalu dimasukkan ke sprayer, dan semprot ke
seluruh bagian kandang, termasuk celah-celah pada bagian sambungan.
Jangan sepelekan masalah ini. Sebab ketika tetelo dan radang saluran
pernafasan sudah menyerang burung, kita acapkali merasa menyesal, dan
itu sudah terlambat atau setidaknya memerlukan upaya lebih keras untuk
mengobatinya.
6. Jangan sepelekan pula mutivitamin
Masih banyak kicaumania yang menyepelekan multivitamin untuk burung
piaraannya. “Ah, burung di alam liar tak pernah pakai multivitamin, toh
bisa tumbuh sehat dan rajin bunyi,” begitu pemikiran sebagian
kicaumania.
Benar, burung di alam liar tak pernah pakai multivitamin. Tapi perlu
diingat! Di alam liar, burung bisa memenuhi kebutuhan gizi / nutrisi
berdasarkan naluri dan ketersediaan bahan pakan di alam. Sebab dia sama sekali tak tergantung pada manusia.
Namun jika dipelihara dalam sangkar, semua kebutuhan burung
tergantung dari manusia yang setiap hari merawatnya. Bahasa gampangnya,
kita bisa membuat seekor burung menjadi kurus dan gemuk. Kita bisa
membuat burung kecukupan dan kekurangan vitamin.
Multivitamin sangat diperlukan bagi burung untuk mempertahankan
mekanisme pertahanan tubuh dari berbagai serangan agen penyakit. Burung
yang terbiasa diberi multivitamin seperti BirdVit,
2 – 3 kali seminggu, memiliki kemampuan melawan serangan agen penyakit
lebih bagus daripada burung-burung yang sama sekali tidak pernah diberi
multivitamin.
“Bagaimana pun burung berkicau termasuk murai batu perlu diberi
asupan multivitamin, apalagi kini musim hujan. Biar kondisi fisiknya
lebih fit dan tidak mudah sakit,” kata Om Syamsul Saputro.
Itulah enam langkah pengamanan murai batu selama musim hujan berdasarkan pengalaman Tim SKL Bird Farm.
“Jika enam langkah ini sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi burung
kita tetap terserang penyakit, bahkan sampai tewas, ya.. harus diterima
dengan lapang dada. Itulah risiko paling berat jika bermain dengan
barang bernyawa,” tambah Om Syamsul.
Sumber : http://omkicau.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar