Rabu, 05 Maret 2014

Enam langkah mengamankan MB di musim hujan

1. Jangan risih jika tak menjemur murai
Banyak penggemar murai batu yang menganggap bahwa penjemuran burung selama berjam-jam itu bersifat kudu alias wajib. Anggapan ini sebenarnya kurang tepat. Di alam liar, tidak pernah ada murai batu yang berpanas ria hingga lebih dari 1 jam, paling banter hanya 10-15 menit.
Kalau selama ini kita terbiasa menjemur burung 1 – 2 jam setiap hari, itu sebenarnya dalam konteks perawatan burung lomba. Untuk apa? Karena pada masa lalu, sebagian besar lomba burung berkicau belum menggunakan paddock lomba yang memiliki atap seperti saat ini.
Akibatnya, burung lomba yang tidak dibiasakan dijemur cenderung megap-megap saat bertarung di lapangan terbuka. Bahkan beberapa lapangan yang sudah beratap pun saat ini menggunakan bahan tembus pandang, sehingga sengatan matahari akan menerpa sangkar burung-burung yang berlaga.
Masalah penjemuran burung yang khas Indonesia ini pernah menjadi bahasan pada beberapa forum burung di negeri jiran, seperti Malaysia dan Singapura. Analisis mereka, termasuk dari Om David de Souza, umumnya ya seperti yang ditulis Om Kicau di atas.
Di Malaysia dan Singapura, sebagian lomba burung diadakan di teras bangunan, dan sebagian lagi di dalam gedung. Itu sebabnya, mereka umumnya hanya menjemur burung selama 10-15 menit setiap harinya, sekadar memperoleh provitamin D dari sinar matahari pagi, sebagai komponen utama bagi sistem pencernaan burung untuk mengolah kalsium.
Meski demikian, kebiasaan menjemur burung yang sudah ada di Indonesia tak perlu diubah. Namun, ketika musim hujan tiba, dan kondisi cuaca sedang tidak menentu, burung jangan dipaksakan untuk berjemur.
Istilah Om Syamsul Saputro, jangan risih jika Anda tak menjemur murai batu, meski selama beberapa hari, jika kondisi cuaca memang tidak mendukung. “Lebih baik burung tidak dijemur daripada risiko yang diterima sangat tinggi, seperti radang pada saluran pernafasan,” kata Om Syamsul.
2. Jika mau menjemur, pantau embusan angin
Kalau cuaca tidak mendung dan Anda ingin menjemur murai, sebaiknya pantau atau perhatikan dulu embusan angin. Apabila embusan angin terlalu kencang, lebih baik burung cukup diangin-anginkan di dalam rumah saja.
Caranya, burung digantang di dalam rumah (bukan di teras rumah). Jika waktu masih pagi, kerodong boleh dibuka full hingga siang hari.
Selebihnya,  jika angin terlalu kencang, sejak siang hingga malam burung sebaiknya dikerodong saja. Kerodong boleh dibuka sebentar pada sore hari, ketika memberi jangkrik, menambah voer, maupun menambah air minum.
Bisa juga disiasati dengan menggantung burung di dalam rumah, tetapi bagian atapnya tembus pandang
3. Selalu awas dengan “permainan” matahari
He.. he.. sebenarnya matahari tidak pernah bermain-main. Dia akan tetap bersinar dengan intensitas yang sama. Hanya saja, sinar matahari yang sampai ke rumah kita memiliki intensitas berbeda-beda, tergantung faktor alam seperti jumlah awan, ketebalan awan, hujan atau tidak, dan sebagainya.
Jangan terkecoh dengan sinar matahari yang datang tiba-tiba pada pagi hari, setelah sebelumnya tertutup awan mendung tebal. Begitu melihat sinar matahari mulai terasa hangat, biasanya kita atau perawat burung langsung sumringah dan ingin segera menjemur burungnya.
Karena itu, sebaiknya tunggu beberapa saat sambil selalu memperhatikan kondisi cuaca. Kalau sinar matahari tidak lagi terhalang awan mendung, dan angin sudah tidak terlalu kencang, bolehlah mulai melakukan penjemuran. Pastikan selalu ada orang yang siaga, jika sewaktu-waktu muncul embusan angin kencang atau bahkan cuaca tiba-tiba mendung dan turun hujan.
4. Jangan memaksakan murai harus mandi
Mandi merupakan salah satu aktivitas yang menyegarkan bagi burung kicauan. Tetapi selama musim hujan, sebagian burung tidak mau mandi. Misalnya, ketika dimasukkan karamba, dia tak mau segera nyemplung.
Sebenarnya ini merupakan isyarat bahwa burung sedang tidak ingin mandi. Sebab yang bisa merasa fit dan tidaknya kondisi burung adalah burung itu sendiri, bukan pemiliknya.
Karena itu, jika melihat burung tak mau mandi pada musim hujan, sebaiknya jangan dipaksa agar dia mau mandi. Misalnya dengan menyemprotnya menggunakan air dari sprayer, untuk memancingnya agar mau nyemplung di karamba.
Burung sebenarnya memiliki naluri kapan waktunya mandi, atau kapan dia memerlukan mandi. Jadi, jangan disamakan dengan manusia yang setiap hari harus mandi agar badannya tidak bau, he.. he…
5. Menjaga kebersihan sangkar dan aksesorisnya
Untuk air minum, Om Syamsul menyarankan penggantian dapat dilakukan minimal dua kali sehari, yaitu pagi dan sore. “Kalau voer boleh diganti tiga hari sekali,” ujarnya.
Yang tidak kalah penting, kerodong sebaiknya digunakan paling lama hanya seminggu. Setelah itu mesti dicuci hingga bersih dan steril. Sambil menunggu kering, Anda bisa memakai kerodong yang lain.
Seminggu sekali, sangkar perlu disucihamakan dengan menggunakan desinfektan khusus burung, misalnya FreshAves. Larutkan 5 gram serbuk FreshAves ke dalam 1 liter air bersih, lalu dimasukkan ke sprayer, dan semprot ke seluruh bagian kandang, termasuk celah-celah pada bagian sambungan.
Jangan sepelekan masalah ini. Sebab ketika tetelo dan radang saluran pernafasan sudah menyerang burung, kita acapkali merasa menyesal, dan itu sudah terlambat atau setidaknya memerlukan upaya lebih keras untuk mengobatinya.
6. Jangan sepelekan pula mutivitamin
Tetap fit di musim hujan.
Masih banyak kicaumania yang menyepelekan multivitamin untuk burung piaraannya. “Ah, burung di alam liar tak pernah pakai multivitamin, toh bisa tumbuh sehat dan rajin bunyi,” begitu pemikiran sebagian kicaumania.
Benar, burung di alam liar tak pernah pakai multivitamin. Tapi perlu diingat! Di alam liar, burung bisa memenuhi kebutuhan gizi / nutrisi berdasarkan naluri dan ketersediaan bahan pakan di alam. Sebab dia sama sekali tak tergantung pada manusia.
Namun jika dipelihara dalam sangkar, semua kebutuhan burung tergantung dari manusia yang setiap hari merawatnya. Bahasa gampangnya, kita bisa membuat seekor burung menjadi kurus dan gemuk. Kita bisa membuat burung kecukupan dan kekurangan vitamin.
Murai batu jawaraMultivitamin sangat diperlukan bagi burung untuk mempertahankan mekanisme pertahanan tubuh dari berbagai serangan agen penyakit. Burung yang terbiasa diberi multivitamin seperti BirdVit, 2 – 3 kali seminggu, memiliki kemampuan melawan serangan agen penyakit lebih bagus daripada burung-burung yang sama sekali tidak pernah diberi multivitamin.
“Bagaimana pun burung berkicau termasuk murai batu perlu diberi asupan multivitamin, apalagi kini musim hujan. Biar kondisi fisiknya lebih fit dan tidak mudah sakit,” kata Om Syamsul Saputro.
Itulah enam langkah pengamanan murai batu selama musim hujan berdasarkan pengalaman Tim SKL Bird Farm.
“Jika enam langkah ini sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi burung kita tetap terserang penyakit, bahkan sampai tewas, ya.. harus diterima dengan lapang dada. Itulah risiko paling berat jika bermain dengan barang bernyawa,” tambah Om Syamsul.

Sumber :  http://omkicau.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar