Kamis, 13 Maret 2014

Gejala cacingan pada burung, jenis cacing yang sering menyerang, dan cara mengobatinya

Jika sobat kicaumania kurang menjaga kebersihan sangkar / kandang, juga aksesoris di dalamnya seperti wadah pakan / minum dan tenggeran, serta kebersihan pakan dan air minum, potensi burung mengalami cacingan tentu menjadi lebih besar daripada kicaumania yang rajin menjaga kebersihan. Cacingan dapat menimpa pada semua jenis burung. Gejala dan pengobatan juga berbeda-beda, karena penyebabnya tidak selalu sama, terutama spesies cacing yang masuk dalam saluran pencernaan dan organ tubuh lainnya.

Mengobati burung cacingan
Burung yang nyekukruk, namun nafsu makan masih bagus, dimungkinkan terkena cacingan.
-
Meski bisa menimpa semua jenis burung, masih banyak penggemar burung yang tidak menyadari kalau burungnya sedang terserang cacingan dan menganggapnya sakit biasa. Akibatnya, burung makin kurus meski nafsu makannya masih bagus.
Harus diakui, masih banyak penggemar burung (juga ayam bangkok) yang memberikan obat cacing untuk manusia kepada burung yang cacingan. Kalau kebetulan menemukan produk yang tepat, mungkin tidak terlalu menjadi masalah.
Persoalannya, sebagian besar produk obat cacing untuk manusia bersifat terlalu keras untuk burung. Ya, namanya saja didesain untuk manusia, di mana organ pencernaannya bisa 10 kali lebih besar daripada tubuh burung (ingat: tubuh burung, bukan organ pencernaan burung).
Akibatnya, tidak sedikit pengobatan model trial and error ini berujung pada error selamanya, alias burung mengalami kematian. Seberapa dosis obat cacing untuk manusia bisa diterapkan pada burung, sejauh ini Anda tak akan pernah menemukan formula yang tepat. Sebab memang didesain untuk manusia, bukannya untuk burung.
Hal ini harus menjadi penyadaran awal, bahwa burung perlu mendapat perlakuan melalui pendekatan khas burung, bukan pendekatan khas manusia.
Memang, sebagian besar spesies cacing yang dijumpai dalam organ pencernaan burung juga bisa dijumpai pada organ pencernaan manusia, misalnya cacing pita dan cacing gelang. Tetapi metode pembasmiannya jelas berbeda, terutama mencakup dosis.
Beberapa penyebab cacingan 
Penyebab cacingan bervariasi, namun yang sering dialami burung adalah kondisi sangkar / kandang yang kotor. Apalagi jika burung sering menghabiskan waktunya di lantai / dasar sangkar yang kotor.
Cacingan juga bisa menyerang burung ketika unggas tersebut memakan kotoran, atau pakan serangga yang terinfeksi telur dan larva cacing, serta dari air minum yang tercemar.
-
Gejala umum burung yang cacingan
Burung yang mengalami cacingan biasanya terlihat seperti burung normal. Sebab nafsu makannya masih bagus. Hanya saja, Anda patut curiga jika nafsu makan burung masih bagus, tetapi burung terlihat kurus.
Selain itu, gejala lain yang mudah diperhatikan adalah burung cenderung malas-malasan, terlihat sering mengantuk meski pada siang hari, dan kerap mengembangkan bulu-bulunya.
Gejala ini mirip sekali dengan burung yang nyekukruk akibat menderita penyakit lain. Bedanya, burung yang nyekukruk akibat cacingan masih memiliki nafsu makan yang bagus. Sebaliknya, burung nyekukruk akibat penyakit lain cenderung malas makan. Ini menjadi sinyal awal untuk mendeteksi kemungkinan burung mengidap cacingan.
Gejala lain dari burung cacingan adalah sering memuntahkan makanan yang sudah masuk ke mulutnya. Tetapi gejala seperti ini biasanya terjadi jika burung mengalami cacingan dalam waktu cukup lama atau kronis, terutama jika terinfeksi cacing ampela / gizzard worm dan cacing rambut / hairworm.
Karena penyebab cacingan ditentukan oleh jenis cacing yang tidak selalu sama, maka gejala klinis dan pengobatannya pun berbeda-beda. Silakan klik link-link di bawah ini untuk mendapatkan informasi lebih detail:

-
Mencegah burung terkena cacingan
Pencegahan burung berkicau, juga non-kicauan seperti perkutut, derkuku, puter, merpati, dan burung hias, dari serangan cacing tentu tidak terlepas dari kebiasaan kita dalam merawat burung tersebut.
Kata kuncinya adalah menjaga kebersihan, yang meliputi kebersihan sangkar / kandang, kebersihan aksesoris kandang / sangkar (tenggeran, wadah pakan, wadah minum, serta mainan untuk burung paruh bengkok), serta kebersihan pakan dan air minum.
Kalau ada yang harus diprioritaskan, mungkin karena kesibukan Anda dalam bekerja, pastikan air minum yang diberikan kepada burung merupakan air matang, terutama jika Anda menggunakan air PDAM dan air sumur.
Lebih aman lagi kalau menggunakan air kemasan (galon) yang asli. Tetapi ini ongkosnya cukup berat, sehingga minimal menggunakan air kemasan isi ulang yang kebersihannya terjaga.
Prioritas kedua adalah menjaga kebersihan kandang / sangkar. Selain rutin membersihkannya sehari sekali, atau minimal dua hari sekali, usahakan setiap seminggu sekali disemprot dengan desinfektan khusus untuk burung.
Di Indonesia tidak banyak tersedia produk seperti ini. Namun di mancanegara, khususnya di Eropa, Amerika dan Australia, hampir semua penangkar burung menggunakan desinfektan khusus unggas.

Tindakan ketiga adalah menjaga kebersihan pakan. Untuk burung berkicau yang terbiasa diberi cacing tanah, pastikan cacing sudah dicelup ke dalam air bersih sebelum diberikan kepada burung. Ini untuk membuang kotoran termasuk telur-telur yang menempel di tubuhnya sebelum diberikan kepada burung.

Mengobati burung yang terlanjur cacingan
Jika burung terlanjur terinfeksi cacing, alias cacingan, dengan gejala-gejala awal seperti dijelaskan di atas, maka tindakan yang dilakukan mau tidak mau mengobatinya.
Di pasaran banyak dijumpai aneka obat cacing untuk burung. Ingat, dianjurkan tidak menggunakan obat cacing manusia.

Upaya pengobatan ini juga harus dibarengi dengan tindakan perawatan lainnya, antara lain:
  • Selama masa pengobatan, simpan burung dalam kandang / sangkar yang bagian atasnya diberi lampu sebagai penghangat.
  • Untuk membantu mengembalikan berat badan burung yang kurus akibat cacingan, berikan makanan bergizi tinggi. Misalnya memberikan pakan yang biasa diberikan untuk meloloh anakan burung (di pasaran banyak dijual pakan lolohan).
  • Antibiotik bisa diberikan jika diperlukan, terutama pada burung yang terinfeksi cacing ampela. Konsultasikan pada dokter hewan mengenai jenis antibiotik yang cocok untuk burung peliharaan.
Dari semua penyebab burung cacingan, satu hal yang paling utama adalah menjaga kebersihan sangkar / kandang serta aksesorisnya, serta kebersihan pakan dan air minumnya. Jika ini diterapkan, Anda tak perlu khawatir burung mengalami cacingan.

Jenis cacing pada Burung / Unggas :
1. Cacing rambut / hairworm (Capillaria)
Cacing rambut menetap di bagian usus, tembolok, dan kerongkongan. Burung yang terinfeksi cacing ini biasanya makan kotorannya sendiri, atau kotoran burung lain (dalam kandang koloni) yang terinfeksi cacing tersebut.
Bisa juga melalui air minum yang tercemar. Jenis cacing yang satu ini cukup bandel, sehingga terkadang cukup sulit untuk diobati. Cacing rambut sering menginfeksi burung-burung seperti parkit, lovebird, kenari, serta ayam dan itik.
Gejala klinis dari burung yang terinfeksi cacing rambut antara lain :
  • Burung mengalami diare.
  • Burung tidak mau makan.
  • Anemia / kekurangan darah
  • Burung mengalami penurunan berat badan, sehingga terlihat kurus
2. Cacing ampela / gizzard worm (Acuaria)
Cacing ini berukuran 1-3 mm. Siklus hidupnya dimulai ketika cacing dewasa bertelur, lalu telur menetap dalam kotoran burung yang terinfeksi.
Telur ini kemudian dimakan serangga seperti belalang, jangkrik, kumbang, atau lainnya. Telur kemudian menetas dalam tubuh serangga, dan akan menjadi parasit sampai kemudian serangga tersebut dimakan burung.
Cacing dewasa pun mulai menginfeksi dengan masuk ke dalam ampela burung, kemudian mengganggu fungsinya yaitu menggiling makanan.
Burung yang terinfeksi rentan mati, karena terjadinya kerusakan pada lapisan ampela. Burung finch dan burung pemakan serangga sangat rentan terinfeksi cacing jenis ini.
Gejala klinis pada burung yang terinfeksi cacing ampela antara lain:
  • Kematian mendadak pada burung.
  • Penurunan berat badan.
  • Kotoran yang mengandung lendir.
3. Cacing pita / tapeworm

Infeksi yang terjadi memiliki penyebab dan gejala yang sama dengan cacing ampela. Selain itu, cacing pita juga menyukai lingkungan yang lembab. Infeksi berat menyebabkan gejala-gejala seperti pada cacing ampela, disertai dengan kerusakan dinding usus.
Cacing pita terdiri atas beberapa spesies dengan panjang bervariasi, mulai dari 2-3 mm hingga 50-60 mm. Cacing jenis ini sering ditemukan di dalam kandang aviary atau kandang penangkaran yang tidak terjaga kebersihannya.

4. Cacing gelang / roundworm (Ascaridia)
Cacing gelang memiliki ukuran 1-3 mm. Jenis cacing ini sulit dideteksi pada tahap-tahap awal menginfeksi burung. Setelah burung terinfeksi, muncul gejala-gejala klinis seperti burung berhenti berkembang biak (untuk indukan) dan burung yang  terlihat lemas atau lesu.
Cacing gelang memiliki beberapa spesies, tetapi yang sangat berbahaya adalah Ascaridia galli, atau sering disebut cacing gelang galli.
Infeksi dimulai ketika burung yang memakan telur cacing ini melalui kotorannya, atau kotoran burung lain yang terinfeksi. Telur yang masuk akan menetas menjadi cacing di dalam usus burung, selanjutnya cacing masuk lebih ke bagian organ pencernaan lainnya dan menetap hingga menjadi dewasa.
Siklus tersebut memakan waktu sekitar 6 minggu. Cacing gelang ini akan hidup dalam tubuh burung dalam waktu cukup lama, sehingga gejalanya bersifat kronis, bukan akut.
Beberapa faktor yang memungkinkan burung terinfeksi cacing gelang antara lain:
  • Burung masih berusia muda.
  • Burung dalam kondisi stres.
  • Burung sering menghabiskan waktunya di dasar sangkar / kandang.
  • Burung liar yang masuk ke dalam kandang aviary dan disatukan bersama burung lain.
  • Lantai kandang / sangkar yang kotor.
Gejala klinis yang muncul akibat infeksi cacing gelang adalah:
  • Burung tampak lemas / lesu.
  • Penurunan berat badan.
  • Diare.
Sumber :  http://omkicau.com

 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar